Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Temanku Clara - Cerpen Anak Dwibahasa

2 Agustus 2021   07:51 Diperbarui: 8 Agustus 2021   05:30 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Clara (Sumber: Pixabay)

My Friend Clara

There is a new girl in my class. Her name is Clara. She is very pretty and very rich, but she doesn't like to play with me or my friends.

One day, during recess, she took out a pretty Barbie doll out of her bag. I walked to her and wanted to look at it. But she quickly put it back in her bag and arrogantly told me, "You can't play with my Barbie! Nobody plays with my doll!"

I was shocked and stepped away from her. Well, okay, I did not need her doll. I had my own. So, I told her, "Listen, Clara..." But my friend Seno grabbed my wrist and said, "Let it go, Sita. Leave her alone."

I shrugged my shoulders, and walked away with Seno. Who wanted to be friends with such an arrogant girl? Certainly not me! I had my own friends, lots of them! Seno, Dina, Robi, Listi, and Mila. They were all my close friends.

After recess, I returned to my seat. I tried not to think about what happened. I didn't even want to look at Clara. By the end of the class, I forgot everything about Clara. I walked home as usual with Seno, Listi, and Dina. We lived in the same neighborhood. We joked and laughed and chatted all the way to the front gate and unto the street.

... suddenly ... there she was ... Clara ... She was sitting alone on the pavement, crying sadly. We stopped and looked at each other. We wondered what happened. Did she lose her Barbie doll? Had she fallen and hurt herself? Where was her mother? Where was her car? We asked each other who was going to approach Clara. I immediately shook my head. No, not me. I didn't want Clara to yell at me again. Seno and Dina didn't want to do it either. Finally Listi stepped forward.

"Clara, is something wrong?" she asked. Clara cried even louder. She said, "Oh, Listi, my mother got sick. She can't pick me up. She told me to walk home with Susi who lives near us, but Susi has already gone home with her other friends. My house is far from here, I'm scared to walk home by myself, but I'm also worried about my mom. I love my mom so much. I'm afraid she is terribly ill. Oh! Hiks hiks ..."

Suddenly I felt sorry for Clara. I loved my mom, too, and I didn't know what I would do if my mom were sick. I knelt next to her and touched her arm gently.

"Hey, let's walk together to your house. Right guys?" I looked at my friends. They all nodded, "Sure, let's walk with Clara."

Clara wiped her tears with the back of her hand and asked hesitantly, "Really? You really want to walk with me?" I nodded and helped her up.

"Of course. We'd like to visit your mom and see if she may need a doctor."

Suddenly Clara hugged me. "Thank you! I'm sorry I didn't let you play with my Barbie this morning."

I just smiled, "Just forget about it. Let's go! Your mom is waiting!"

~^~^~^~^~^~

Temanku Clara

Di kelasku ada anak baru. Namanya Clara. Dia sangat cantik dan sangat kaya, tapi dia tidak suka bermain dengan aku atau teman-temanku.

Suatu hari, waktu istirahat, Clara mengeluarkan boneka Barbie yang cantik dari tasnya. Aku jalan mendekatinya dan ingin melihat boneka itu. Tapi dia cepat-cepat memasukkannya kembali ke dalam tasnya dan dengan nada angkuh ia bilang, "Kamu tidak boleh main dengan Barbieku! Siapapun tidak boleh main dengan bonekaku!"

Aku kaget dan mundur. Ya udah, aku juga tidak butuh bonekanya. Aku punya bonekaku sendiri. Aku bilang, "Eh, Clara, aku ..." tapi temanku Seno menarik tanganku dan mengatakan, "Udahlah, Sita. Udah biarkan dia."

Aku juga tidak peduli dan langsung pergi dengan Seno. Siapa pula yang mau berteman dengan gadis angkuh itu? Aku sih tidak mau! Aku punya teman-temanku sendiri, banyak! Ada Seno, Robi, Listi, dan Mila. Mereka semua teman-teman dekat.

Usai istirahat, aku balik ke tempat dudukku. Aku mencoba untuk tidak memikirkan kejadian tadi. Aku bahkan tidak mau melihat ke arah Clara. Waktu sekolah usai, aku sudah lupa sama sekali soal Clara. Seperti biasa aku pulang jalan kaki bersama Seno, Listi, dan Dina. Kita tinggal di daerah sama. Kita keluar sambil bergurau dan tertawa dan ngobrol sampai gerbang sekolah dan sampai ke jalan.

... tiba-tiba ... dia ada di situ ... Clara ... dia sedang duduk sendirian di tepi jalan, menangis sedih. Kita berhenti dan saling memandang. Apa yang terjadi? Apakah dia kehilangan boneka Barbienya? Apakah dia jatuh dan terluka? Mana ibunya? Mana mobilnya? Kita saling bertanya siapa yang akan menghampiri Clara. Aku segera menggeleng. Aku tidak mau. Aku tidak mau Clara membentak aku lagi. Seno dan Dina juga tidak mau. Akhirnya Listi maju mendekati Clara.

"Clara, ada apa?" Clara menangis makin keras. Dia bilang, "Oh Listi, ibuku tiba-tiba sakit. Ibu tidak bisa menjemput aku. Ibu menyuruh aku pulang bersama Susi yang tinggal dekat aku, tapi Susi sudah pulang duluan dengan teman-temannya yang lain. Rumahku jauh, aku takut berjalan pulang sendiri, tapi aku juga kuatir sekali mengenai ibuku. Aku sayang sekali sama Ibu. Aku takut Ibu sakit keras. Oh! Huu ... huu ..."

Tiba-tiba aku merasa kasihan pada Clara. Aku juga sayang pada ibuku, dan aku tidak tahu harus bagaimana kalau ibuku sakit. Aku berlutut dekatnya dan menyentuh tangannya pelan-pelan.

"Ayo kita jalan bersama ke rumah kamu. Ya kan, teman-teman?" Aku melihat ke teman-temanku. Mereka mengangguk, "Ya tentu, kita jalan bersama Clara."

Clara menghapus air matanya dengan punggung tangannya dan bertanya dengan ragu, "Benar? Kamu benar mau jalan pulang denganku?" Aku mengangguk dan menarik tangannya untuk bangkit.

"Pasti. Kita ingin menjenguk ibumu. Siapa tau ibumu membutuhkan dokter."

Tiba-tiba Clara memelukku, "Terima kasih! Maaf ya tadi pagi aku tidak mengijinkan kamu main dengan Barbieku."

Aku cuma senyum. "Udahlah lupakan saja. Ayo, kita pergi! Ibumu menunggu!"

~^~^~^~^~^~

Terima kasih kepada Ibu Mathilde.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun