Kegiatan berbelanja tidak terlepas dari yang namanya ibu-ibu. Namanya juga ibu-ibu, tugasnya ya memenuhi kebutuhan keluarga. Iya apa iya?
Suatu hari Bu Siti pergi berbelanja ke pasar tradisional. Dia berencana membeli beberapa macam sayuran untuk keperluan memasak di rumah, salah satunya sayur kecipir. Bu Siti sampai di salah satu tempat penjual sayuran yang kebetulan penjualnya adalah seorang bapak. Bu Siti to the point menanyakan harga kecipir.
Bu Siti : "Pak, kecipir berapaan?"
Penjual : "2500 Bu."
Bu Siti : "2000 Pak." (Bu Siti menawar)
Penjual : "Maaf Bu, sudah pas." (Sambil tersenyum)
Bu Siti : "Ini uangnya 4000 Pak." (Bu Siti menyodorkan uang 2000an dua lembar)
Penjual : "Kembali 500 ini Bu."
Bu Siti : (Tetap diam di tempat sambil menunggu uang 1000 lagi)
Penjual : "Sudah pas kan Bu?"
Bu Siti : "Kembalian kurang 1000 lagi Pak. 4000-2500=1500."
Bapak penjual sayuran kelihatan bingung, kemudian memberi uang 1000 lagi kepada Bu Siti. Bu Siti pun beranjak pergi dan penjual sayuran pun mengejar dan mencolek Bu Siti.
Penjual : "Maaf Bu, kembalian yang benar 500 bukan 1500."
Bu Siti kembali mendekat ke tempat penjual sayuran untuk menjelaskan kembali perkara tersebut.
Bu Siti : "Sini Pak, kembalikan uangnya."
Penjual : "Ini uangnya Bu."
Bu Siti : "Sudah ya, sekarang saya tukar uang 2000 menjadi 500an 4 keping. Ini saya membayar 2500. Benar kan Pak kembaliannya 1500?" (Sambil menunjukkan sisa receh 1500)
Penjual : "Ya sudahlah, saya bingung."
Bu Siti pun pergi untuk berbelanja ke tempat lain. Lagi-lagi penjual sayur mencolek Bu Siti.
Penjual : "Sebenarnya tadi kembaliannya 500 Bu, tapi ya sudahlah, daripada saya tambah bingung."
Bu Siti : (Dalam benaknya merasa kesal)
Pesan moral : Bukan nilai uangnya dipertahankan, tapi kebenaran yang ingin ditegakkan.