Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

"Commuter Electronic Ticket" (Commet), Sebuah Inovasi atau Inefisiensi?

7 Desember 2017   04:01 Diperbarui: 7 Desember 2017   04:16 2446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan KRL dulu dan sekarang (Sumber : Tri Haryanto, 2009)

Selama manusia hidup dan memenuhi kehidupannya, teknologi akan terus berkembang mengikuti arah keinginan imajinasi manusia. Pesatnya perkembangan teknologi tak ubahnya never ending level dalam permainan candy crushyang ada digadget anda. Dimana sebelum kita menyelesaikan satu misi pada satu level, pada level berikutnya sudah tersedia arena baru yang lebih menarik dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, hal itu terus terjadi dan tidak ada akhirnya. 

Sama halnya seperti pesatnya perkembangan teknologi saat ini, sebelum masa jaya suatu produk teknologi unggulan selesai dipasarkan, tak lama kemudian langsung diikuti oleh tren teknologi baru lainnya yang lebih unggul dan lebih canggih dari sebelumnya. Semua persaingan akan kecanggihan teknologi tersebut muncul akibat tingginya antusias masyarakat untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Teknologi berkembang dan menyentuh semua aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk dalam penyelenggaraan pelayanan publik. 

Pelayanan publik adalah hal yang cukup vital bagi berlangsungnya suatu negara, yang mana menyangkut kemaslahatan umat. Penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Selain itu pelayanan publik yang terselenggarakan dengan baik akan mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat, dimana hal ini akan berdampak pada persepsi masyarakat terhadap pemerintah sebagai pelayan bagi masyarakat itu sendiri. Hal ini yang juga menjadi alasan negara maju dan berkembang terus berusaha meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Indonesia sebagai negara berkembangpun tak ketinggalan memanfaatkan momentum panjang ini. Sesuai dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang dilansir pada laman majalahict.com, dalam Rapat Terbatas mengenai Modernisasi Teknologi Informasi Perpajakan di Kantor Presiden, Jakarta, beliau menyampaikan "Jangan sampai kita jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain dalam pelayanan publik dan administrasi kepada warga." pemanfaatan teknologi melalui penerapan e-government dalam pelayanan public menjadi perhatian utama, sebab di era teknologi yang pesat ini, efisiensi waktu merupakan suatu hal yang sangat penting.  

Berbagai instansi pemerintah baik ditingkat pusat maupun daerah, berlomba-lomba memanfaatkan teknologi dalam setiap unit kerjanya. Semua sektor pemerintahan direformasi untuk dapat mengimplementasikan e-government yang lebih baik, termasuk dalam sektor pelayanan transportasi publik. Transportasi publik merupakan elemen penting bagi masyarakat, terlebih bagi mereka yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Di Jabodetabek contohnya, sebagai Kota Metropolitan, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, menjadi kota yang penduduknya memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. 

Setiap harinya banyak masyarakat yang berpergian dari satu daerah ke daerah lainnya dan sangat bergantung pada moda transportasi publik yang ada. Tuntutan akan moda transportasi yang nyaman dan aman berusaha dipenuhi oleh pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Salah satunya adalah dengan memperbaiki sistem perkeretaapian khususnya pada kereta listrik (KRL) atau yang saat ini alebih dikenal dengan commuter line.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa PT KRL Commuter Jabodetabek telah membawa perubahan yang begitu signifikan terhadap kenyamanan bagi penggunanya. Sistem perkeretaan yang dulunya semrawut, kini telah menjelma menjadi moda transportasi yang paling digemari masyarakat. Penampilan armada yang modern dan tertibnya sistem pengangkutan membawa kenyamanan bagi penggunanya.

Perubahan drastis pada KRL dimulai Sejak tahun 2013 dimana KRL single operationCommuter Line resmi dioperasikan di seluruh wilayah Jabodetabek. Perubahan tersebut juga mendorong masyarakat untuk dapat lebih tertib dalam menggunakan transportasi publik. Semakin tertibnya para pengguna dalam memanfaatkan KRL atau commuter line ini bukan semata-mata karena perubahan pada penampilan KRL, tetapi juga didukung dengan pemanfaatan teknologi pada setiap subsistem yang ada, seperti e-ticketing, e-gate, dan vending machine yang merupakan bagian dari Commuter Electronic Ticketing (Commet).

Commuter Electronic Ticketing (Commet) merupakan sistem tiket elektronik untuk transaksi perjalanan KRL Jabodetabek yang sudah diberlakukan sejak tahun 2013, beriringan dengan dimunculkannya kereta satu kelas Commuter Line untuk warga Jabodetabek.Sebelumnya, sistem pembelian tiket masih melalui loket-loket karcis yang dilayani oleh petugas KRL. Berlakunya e-ticketKRL dilengkapi dengan pemasangan gerbang elektronik  (e-gate) KRL.

Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Dengan hadirnya e-ticketdan e-gatedisetiap stasiun kereta, diharapkan dapat meningkatkan ketertiban dan kenyamanan pengguna KRL. Area stasiun yang dulunya sesak, kini menjadi steril dari adanya pedagang asongan, pertunjukkan topeng monyet, pengamen, dan lain sebagainya. 

Tak lama berselang, kehebatan Commet dilengkapi dengan hadirnya vending machine yang diluncurkan dibeberapa stasiun KRL Jabodetabek. Vending machinemerupakan mesin pembelian dan pengembalian tiket elektronik dengan teknologi layar sentuh.

Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Pengguna KRL dapat memperoleh tiket tanpa harus mengantri di loket. Keberadaan vending machinediharapkan dapat lebih mempercepat proses pembelian tiket elektronik sehingga antrian panjang calon penumpang KRL dapat dihindari. Calon penumpang KRL hanya tinggal memilih jenis perjalanan yang ingin diperoleh (single trip atau multitrip), stasiun tujuan, jumlah tiket, melalui layar sentuh pada mesin dan membayar dengan cara memasukan sejumlah uang yang dibutuhkan pada mesin tersebut. 

Karena ukuran satu vending machine yang tentu lebih ramping dibandingkan dengan kebutuhan ruang untuk satu loket, maka harapannya jumlah vending machinedi satu stasiun dapat lebih banyak dari jumlah loket yang biasanya hanya tersedia satu sampe dua loket disetiap stasiun, sehingga pembelian tiket bisa sangat menghemat waktu. Dengan begitu, lengkaplah kehebatan Commetsebagai pendukung wajah baru KRL Jabodetabek yang lebih modern. Commetmenjadi kebanggan PT. KRL Commuter Line.

 Pergeseran karcis kertas menjadi Commet yang komprehensif tidak dapat dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam sekejap. Terdapat masa peralihan dimana masyarakat perlu beradaptasi dengan modernnya teknologi pada sistem transportasi. Namun, selayaknya proses dalam perubahan tentu membutuhkan progress agar tujuan dari perubahan tersebut dapat tercapai. Modernisasi pada pelayanan publik yang ditawarkan pemerintah adalah sarana bagi masyarakat untuk mengejar ketertinggalan dengan negara yang melek teknologi. Faktanya, selalu terdapat gap antara ekspektasi dan realita.

Dari total produksi kartu elektronik single trip yang disediakan pemerintah, sebagian besarnya tidak kembali kepihak PT. KRL Commuter Line. Tiket-tiket tersebut masih berada ditangan penumpang KRL dengan berbagai macam alasan, mulai dari lupa mengembalikan, hilang, ingin disimpan sebagai buah tangan, atau bahkan koleksi untuk kepuasan pribadi. 

Perilaku boros pun terpaksa dilakukan saat pemerintah harus memproduksi kembali e-ticket yang hilang untuk memenuhi kebutuhan pengguna KRL. Tidak hanya itu, antrian yang selama ini menjadi kendala yang ingin diatasi dengan modernisasi justru menjadi hal yang tetap berkelanjutan. E-gate di sebagain besar stasiun yang ada seringkali tidak berfungsi dengan baik, seperti tingkat respon yang lambat saat kartu di tapke e-gate, antrian pun tak dapat dihindari. Ditambah lagi, jumlah e-gate terpasang yang tak sebanding dengan jumlah masyarakat pengguna KRL, terlebih di stasiun-stasiun dengan area yang tidak terlalu luas, dimana biasanya hanya tersedia dua sampai tiga e-gate di setiap stasiunnya.

Sekarang kita beralih ke vending machine. Masa peralihan memang membutuhkan waktu sehingga mesin-mesin didistribusikan secara berangsur. Satu persatu mesin diaktifkan dengan beberapa petugas sebagai pendamping untuk mengoperasikannya. Awalnya, antusiasme masyarakat masih tinggi untuk mencoba teknologi baru. Walaupun demikian, waktu mengantri yang cukup lama untuk dapat memahami cara kerja dan memperoleh kartu membuat orang-orang akhirnya kembali membeli tiket di loket yang masih tersedia, bahkan tak jarang ditemukan performa vending machine yang tidak terlalu prima karena layar sentuh dengan tingkat sensitifitas yang belum cukup memuaskan. 

Ditambah lagi uang yang dimasukan ke mesin harus dalam keadaan yang mulus tanpa lekukan sedikit pun, di saat orang-orang Indonesia sering sekali menyimpan uang di saku baju atau celananya dengan keadaan terlipat. Seringkali waktu terulur hanya karena uang yang dimasukkan "dimuntahkan" kembali oleh mesin. Oleh karena itu, loket di awal masa transisi masih jadi pilihan utama masyarakat yang ingin membeli tiket. Sampai pada akhirnya PT. KCI memutuskan untuk memberlakukan vending machines ebagai alat utama pembelian e-ticket di seluruh stasiun Jabodetabek. 

Hal ini menjadi semakin buruk saat lonjakan calon penumpang di jam-jam sibuk. Seperti yang pernah penulis saksikan sendiri yaitu adanya antrian panjang untuk membeli dan mengembalikan tiket di stasiun Universitas Indonesia. Kebanggaan PT. KCI masih belum memuaskan konsumnnya.

Sejatinya, semua perubahan diharapkan menuju ke arah yang lebih baik. Bagaimanapun juga, rencana kontingensi harus selalu ada untuk dijadikan antisipasi. Setiap negara punya cara sendiri dalam mewujudkan modernisasi. Modernisasi dengan upaya inovasi mengharapkan manusianya yang mengedepankan efisiensi. Jadi, dengan segala kondisi yang tergambarkan dari fakta di lapangan, commet merupakan sebuah inovasi atau inefisiensi?

Sumber:

Detikfinance. 2013. Ini Cara Menggunakan Tiket Elektronik KRL Jabodetabek https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2215407/ini-cara-menggunakan-tiket-elektronik-krl-jabodetabek/1 diakses pada 5 desember 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun