Mohon tunggu...
shavira aurelia putri
shavira aurelia putri Mohon Tunggu... Nim : 46122010132 ( Universitas Mercu Buana)

46122010132 -S1 Psikologi - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.A

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

14 Oktober 2025   22:59 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:03 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide utama Epictetus berfokus pada pemisahan yang jelas antara hal-hal yang dapat dan tidak dapat kita kendalikan. Ia mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak bergantung pada hal-hal di luar diri kita, tetapi pada cara kita merespons dan menilai hal-hal tersebut. Epictetus membagi realitas menjadi dua bagian: hal-hal yang dapat kita kendalikan (seperti pikiran dan penilaian kita) dan hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan (seperti uang, ketenaran, dan apa yang dipikirkan orang lain). Poin utama ajarannya adalah bahwa orang menemukan kebahagiaan dengan sepenuhnya fokus pada hal-hal yang dapat kita kendalikan dan menerima dengan damai hal-hal yang tidak dapat kita ubah.

Modul Prof.Apollo halaman 14
Modul Prof.Apollo halaman 14
Ide utama dalam filsafat Friedrich Nietzsche (1844--1900) adalah "The Will to Power" (Der Wille zur Macht), dan hal ini berarti lebih dari sekadar menginginkan kendali fisik atau politik; sebaliknya, ini adalah dorongan dasar kehidupan untuk tumbuh, menciptakan sesuatu, dan menyatakan bahwa Anda ada. Ide ini seperti energi positif yang mendorong makhluk hidup untuk mengatasi kelemahan, melampaui batas, dan menciptakan makna pribadi dalam dunia yang tidak memiliki tujuan inheren.

Modul Prof.Apollo halaman 15
Modul Prof.Apollo halaman 15

Ide Nietzsche tentang "Amor Fati" (mencintai apa yang terjadi) adalah cara terbaik untuk mengatakan "ya," melampaui sekadar menerima apa yang datang; ia mengajarkan kita untuk mencintai semua aspek kehidupan---bahkan masa-masa sulit dan sedih---sebagai hal yang indah dan penting, menjadikan cinta ini sebagai cinta terdalam terhadap kehidupan yang kita jalani. Ide ini diperkuat oleh hubungannya dengan pemikiran filsuf Democritus tentang atomos ("tidak dapat dibagi"), di mana Nietzsche mengatakan bahwa seperti atom, kehidupan harus dilihat sebagai satu kesatuan utuh, tidak boleh dibagi atau dipisahkan menjadi "bagian baik" dan "bagian buruk." Jadi, "Amor Fati" adalah tingkat pemikiran positif yang sangat tinggi yang menolak cara lama menilai benar dan salah, dan menegaskan bahwa semua bagian kehidupan, dengan segala naik turunnya, harus diterima sebagai satu realitas tunggal yang tidak dapat dipisahkan.

Modul Prof.Apollo halaman 16
Modul Prof.Apollo halaman 16

Ide-ide Nietzsche tentang "The Will to Power," "Ja Sagen," dan "Amor Fati" dapat sangat membantu saat menghadapi masa-masa sulit, seperti ketika seseorang tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Alih-alih hanya merasa hancur, marah, atau menyalahkan nasib, menggunakan "Ja Sagen" dan "Amor Fati" membantu orang tersebut berkata, "Ini adalah bagian dari apa yang sedang saya alami. Aku akan menghargai peristiwa ini sama seperti aku menikmati kemenangan-kemenanganku.

Modul Prof.Apollo halaman 17
Modul Prof.Apollo halaman 17

William James (1842--1910), seorang Filsuf serta Psikolog asal Amerika, memperkenalkan sebuah "ledakan epistemologi" yang berbeda dari pandangan Stoik maupun Amor Fati yang diajukan oleh Nietzsche. Dasar dari teorinya merupakan ide revolusioner yang menyatakan bahwa keyakinan dapat mendahului bukti, serta bahwa kepercayaan memiliki potensi untuk menciptakan realitas. Sementara filosofi Stoik dan Nietzsche menitikberatkan pada kebijaksanaan dalam menghadapi kenyataan yang ada, James justru mendorong keberanian untuk membentuk realitas baru. Dengan demikian, hal yang mengejutkan dalam pemikiran James adalah fokusnya tidak pada penerimaan atau cinta terhadap takdir, melainkan pada kapasitas individu untuk merancang takdirnya sendiri lewat keyakinan.

Modul Prof.Apollo halaman 18
Modul Prof.Apollo halaman 18

Filosofi William James revolusioner: berlawanan dengan Stoikisme (penerimaan) dan Nietzsche (cinta nasib), James menegaskan "Nasib dapat diciptakan." Melalui prinsip "The Will to Believe," ia memotivasi kita untuk menjadi arsitek realitas. Baginya, keyakinan adalah tindakan kreatif yang membentuk kebenaran, bukan sekadar menunggu bukti. Intinya: kita menciptakan bukti yang kita jalani, alih-alih hanya mencari kepastian.

Modul Prof.Apollo halaman 19
Modul Prof.Apollo halaman 19

Filosofi William James berfokus pada kekuatan keyakinan tulus untuk merevisi dan membentuk realitas ("Menciptakan badaimu sendiri"), bukan sekadar menerima kesulitan (Stoa) atau mengaguminya (Nietzsche). James mengajarkan bahwa dengan meyakini makna bahkan saat menghadapi krisis, keyakinan internal tersebut akan secara aktif menciptakan makna baru di dunia luar. Pendekatan ini adalah pemikiran produktif yang mendalam, menekankan bahwa keajaiban dibentuk dari dalam diri, dan menuntut keberanian untuk memilih percaya sebelum ada bukti nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun