Mohon tunggu...
salasa murni izha nurbayity
salasa murni izha nurbayity Mohon Tunggu... Lainnya - communication science'18

hobi menulis cita-cita jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebentar namun Melekat, Itulah Istimewanya Nangtung

17 September 2021   18:05 Diperbarui: 17 September 2021   18:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di setiap dunia pendidikan tinggi tentu menerapkan asas dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Mahasiswa merupakan agent of change (agen perubahan) yang diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk perubahan hidup menjadi lebih baik. 

Perubahan ini bisa melalui penyaluran pengetahuan, ide hingga keterampilan yang dimiliki untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sendiri maupun orang lain. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Nasional melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang dinamakan Communication Care atau biasa disebut dengan Commcare. 

Commcare merupakan kegiatan pengabdian masyarakat yang memiliki makna komunikasi peduli. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi, namun sejak adanya pandemi covid-19, Comcare kembali dapat terlaksana pada tahun ini selama 5 hari sejak 06 September 2021 hingga 10 September 2021 di Kampung Nangtung.

Kampung Nangtung ialah salah satu desa yang terletak di daerah Sumedang Selatan, Jawa Barat yang memiliki 3 wilayah, seperti nangtung atas, tengah dan nangtung bawah. 

Namun, pengabdian masyarakat ini dilakukan di kampung Nangtung Tengah. Ketika hendak memasuki Desa Ciherang tepatnya Kampung Nangtung, kita akan melihat jalan tol yang hampir selesai dibangun, namun belum direalisasikan sebagai akses jalan menuju kota karena belum diresmikan oleh Pemerintah setempat. 

Kemudian, masih kurang adanya transportasi umum yang dapat memasuki kawasan kampung tersebut sehingga ketika warga setempat ingin berpergian hanya menggunakan kendaraan pribadi, ojek dengan tetangga sekitar maupun hanya dengan berjalan kaki. Dan untuk mata pencaharian warga kampung Nangtung ialah petani padi, ubi, singkong dan sejenisnya. 

Warga Nangtung lebih banyak memiliki lahan pertanian sendiri, tetapi tidak terkecuali ada juga dari mereka yang bekerja sebagai buruh petani karena mereka bekerja di lahan pertanian atau ladang warga lain.

Ketika masa pandemi covid-19 terjadi di Indonesia yang dimana seperti sekarang ini sedang diselenggarakannya proses vaksinasi covid-19 di beragam daerah, ternyata proses vaksin di daerah Sumedang belum merata dan sedikit dipersulit, seperti salah satunya di Kampung Nangtung yang baru beberapa warga melakukan vaksin. 

Hal ini dikarenakan masih diutamakan nya pusat-pusat kota yang aksesnya masih terjangkau, sehingga jika warga Kampung Nangtung ingin melakukan vaksin covid-19 harus datang ke pusat kota Sumedang dan membawa beberapa dokumen penting seperti fotocopy kartu keluarga, fotocopy KTP, hingga surat domisili yang dapat dikatakan mempersulit warga sekitar karena minimnya tempat jasa percetakan.

Pada tanggal 7-8 September 2021 peserta Communication Care memulai pengabdian masyarakat mereka sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat 3 pengelompokkan kerja peserta yaitu mengajar, membuat taman masjid, dan membuat MCK.

Kegiatan mengajar bertujuan sebagai upaya mengasah kreativitas, keterampilan, kemampuan ingatan anak-anak akan pengetahuan mereka yang berkaitan dengan pendidikan agama, norma-norma kehidupan, serta harapan dimasa mendatang ketika kelak dewasa. Kemudian, kegiatan ini bertujuan untuk mengingat kembali budaya tradisional yang harus dilestarikan oleh generasi muda. K

egiatan mengajar anak-anak diawali dengan membuat keterampilan, seperti menempel karya dengan biji jagung dan kacang hijau, dan membuat hiasan dinding 3K (Kardus, Karton, Kain Flanel) yang berisi tulisan rukun islam, rukun iman, impian, hobi, kebiasaan 6s (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, dan Sayang) yang harus diterapkan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, tim pengajar mengajarkan puisi dan tari tokecang yang merupakan lagu anak-anak yang berasal dari Jawa Barat. Namun ketika kegiatan belajar mengajar di hari pertama berlangsung, terdapat beberapa kendala seperti anak-anak yang hadir dalam kegiatan ini diharuskan pergi mengaji, sehingga sedikitnya jumlah anak yang tersisa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. 

Tetapi, tak sedikitpun dari mereka yang enggan pergi mengaji karena antusias dalam mengikuti kegiatan Commcare, dan kami selaku tim pengajar menasihati mereka untuk harus pergi mengaji terlebih dahulu, jika telah selesai maka diizinkan kembali ke belajar bersama. Dan berkat antusiasme anak-anak di Kampung Nangtung, seusai mereka pulang mengaji anak-anak tersebut kembali menghampiri kami dengan raut wajah penuh sukacita yang diiringi oleh pertanyaan "apa yang harus dilakukan oleh mereka selanjutnya".

Usai melakukan pembelajaran keterampilan di hari pertama, esok harinya tak pernah diduga bahwa ternyata anak-anak yang hadir bertambah jumlahnya, untuk itu kami membagi kelompok, baik untuk tim pengajar dan anak-anak agar memudahkan dalam mengajar seputar tari tokecang dan pembacaan puisi, yang bertema "Ibu" karya salah satu peserta Commcare yang bernama Zulfa Nailalmuna. Hasil pengajaran ini akan ditampilkan dalam sebuah pentas seni.

Kampung Nangtung juga memiliki rumah ibadah yang bernama Masjid Al-Hidayah. 

Sejak awal kedatangan kami sudah terlihat dinding depan Masjid terlihat tidak terawat, yang menjadi salah satu hal yang menarik perhatian kami yang kebetulan memiliki tujuan untuk menghias taman masjid tersebut. Langkah awal kami mulai dari membersihkan lumut dan debu tebal yang ada di dinding depan masjid, setelah itu dilanjut melukis pinggir dinding dengan warna kuning dan warna hijau untuk dinding dasar. 

Kami juga menambahkan hiasan menarik berupa lukisan wanita dan pria serta sketsa masjid di dinding tersebut, dan dipercantik dengan melukis nama masjid pada dinding dengan cat warna putih. Sebelumnya, sebagian anggota kami melakukan pengecatan di masjid dan disaat itu juga sebagiannya melakukan penanaman di samping masjid tersebut yang sebelumnya sudah kami siapkan tanaman hias yang di tujukan untuk menghias taman Masjid.

Dalam proses menghias taman dan mendekor dinding masjid, kami mendapatkan respon yang sangat baik dari warga Nangtung. Di waktu kami melukis dinding pada siang hari, beberapa warga berantusias mendirikan terpal untuk kami agar terhindar dari teriknya matahari. Dan betapa tersentuhnya hati ini ketika mendapat respon yang sangat indah, apalagi ketika anak-anak Kampung Nangtung sangat bersemangat dan senang karena dinding masjid mereka jadi lebih berwarna dan adanya hubungan yang terjalin diantara kami.

Beranjak pada MCK di Kampung Nangtung, MCK tersebut adalah salah satu fasilitas utama warga untuk mandi, mencuci pakaian, mecuci peralatan dapur, dan membuang hadast. 

Namun, kondisi MCK tersebut terbilang masih kurang baik untuk dipakai jika menjadi salah satu fasilitas utama warga Nangtung. Dan ini merupakan salah satu yang menjadi perhatian kami untuk mengimplementasikan pengabdian kepada masyarakat di Nangtung. Pada MCK ini kami melihat dinding-dinding yang tidak menutup sehingga jika sedang memakai MCK bisa saja ada yang jahil dan juga alas MCK yang belum teralaskan keramik membuat kami semakin bersemangat ingin memeperbaiki MCK tersebut. 

Maka dari itu kami, khususnya kelompok yang menangani MCK, memutuskan membuatnya menjadi lebih nyaman untuk digunakan warga dengan membuat temboknya menjadi sampai kepala dan alasnya diberi kramik. Tak hanya sampai situ, kami pun memperhatikan sumber pengambilan air yang ada di Kampung Nangtung. 

Dimana kondisinya juga terbilang kurang baik, karna tidak ada penutup. Sehingga kotoran atau dedaunan bisa masuk dan mengotori air. 

Maka, kami memberi asbes sehingga sumber air tersebut tertutup dan kotoran atau dedaunan tidak mengotori air kembali. Seluruh pekerjaan ini bukan kami sendiri yang mengerjakannya. Warga Nangtung sudah tahu bahwa kami akan kerja bakti untuk memperbaiki MCK, lalu kami terkejut dengan antusiasme mereka ketika pagi sudah bersiap-siap ingin andil dalam kerja bakti tersebut. Sekali lagi, hati ini begitu tersentuh, kerja bakti yang kami lakukan bersama kembali membuat adanya suatu ikatan, hubungan diantara kami peserta Comcare dengan Warga Nangtung.

Tak hanya dikegiatan kerja bakti, keesokan harinya kami memiliki kegiatan penyuluhan. Dimana kegiatan ini berfokus pada salah satu profesi warga Nangtung yaitu sebagai petani. Penyuluhan tersebut ada yang dari mahasiswa untuk warga dan juga warga untuk mahasiswa. Penyuluhan dari warga untuk mahasiswa adalah dimana salah satu warga yang berprofesi sebagai petani Ubi dan petani Hidroponik Kangkung menjelaskan kepada kami bagaimana tumbuhan tersebut bisa menjadi mata pencaharian mereka, dimulai dari cara pemilihan bibit, penanaman, hingga penjualannya.

Pada saat penyuluhan tersebut, kami di beri pengarahan mulai dari penanaman bibit, pengolahan saat panen, hingga pemasaran ubi dan kangkung tersebut. Adapaun tata cara nya Seperti ; 

 (1) lahan bekas padi harus terlebih dahulu ditumpas dengan traktor agar lahannya bersih. (2) Setelahnya, lahan itu di tandai dengan benang dijagal (diberikan kayu) dan di beru jarak sekitar 15-25 cm lalu di cobloskan masing-masing batang ubi nya dengan penanaman satu arah. (3) Kita harus memperhatikan perkembangan ubinya setelah satu bulan, apa perlu diberikan pupuk lagi atau tidak, karna ubi tidak boleh juga terlalu sering diberikan pupuk. (4) Jagal kembali tanahnya lalu disirami air dan luruskan batang ubinya. (5) Jika terdapat daun ubi yang bolong maka berikan gandasil b dan d (b untuk buah dan d untuk daun). (6) Tunggu 3-4 bulan maka ubi siap dipanen dan dipasarkan. 

Untuk Kampung Nangtung sendiri biasa dijual kepada tengkulak atau bandar dengan harga jual yang sesuai. Adapun Kemungkinan rugi Jika ubi sudah berukuran terlalu besar dan terlalu lama untuk dipanen (lebih dari 3-4 bulan), petani akan kehilangan harga yang sepadan untuk ubi tersebut. Sebelumnya juga perlu diketahui, penanaman kangkung di Desa Ciherang telah berkembang menjadi metode hidroponik. 

Hal ini berubah ketika masyarakat menerima penyuluhan dari pemerintah setempat pada sebelum kedatangan kami. Tentunya dijelaskan pula bagaimana cara menanam kangkung dengan metode hidroponik yaitu ada 4 cara; (1) Masukkan kapas kedalam gelas bersama dengan biji kangkung seperlunya (2) Tunggu sekitar 3 hari sampai kangkung menunjukkan akarnya (3) Pindahkan kangkung yang telah tumbuh akarnya ke paralon (4) Panen Kangkung akan dilakukan setelah 28 hari, disaat kangkung telah berwarna hijau dan telah tumbuh besar. Petani setempat juga memberikan nutrisi kepada kangkung, hal itu dilakukan guna mendapatkan kangkung dengan bentuk dan warna yang bagus.

Untuk pemberian nutrisi kangkung sendiri diberikan setiap 2 jam/10 ml untuk satu ember besar dan memperhatikan suhu pada setiap minggunya. Minggu pertama sesuaikan suhu sekitar 500°C. Minggu ke-2 atur suhu pada 700°C. 

Minggu ke-3 atur suhu pada 1000°C. Penjualan serta pemasaran kangkung sendiri hampir sama dengan pemasaran ubi. untuk pemasaran kangkung sendiri masyarakat sudah memasarkan nya dengan metode terkini yaitu dengan internet. kadang juga masyarakat menjual kepada tengkulak dan tentunya bisa juga dijual secara online dengan harga Rp 10.000/kg. Dalam penyuluhan, narasumber menjelaskan perbedaan kangkung hidroponik dengan tanam tradisional. jika hidroponik lebih bersih dan rasanya pun akan terasa lebih enak karna tidak diambil dari rawa-rawa seperti kangkung pada umumnya.

 Perairan kangkung hidroponik menggunakan kabel-kabel listrik yang mengalirkan air secara otomatis dari dalam ember. 

Namun, ada hal yang perlu diperhatikan bahwa air kangkung hidroponik tidak boleh sedikitpun kotor atau terkena minyak karna akan memperlambat pertumbuhan kangkung dan membuat layu daun kangkung tersebut. Perlu diketahui juga bahwa hama pada ubi dan kangkung tergolong sama, yaitu ulat dan belalang. Dan juga narasumber menjelaskan waktu terbaik untuk menanam ubi dan kangkung juga sama pada saat musim kemarau.

Dan penyuluhan dari mahasiswa untuk warga ialah dimana warga Nangtung masih kurang akan pengetahuan pemasaran pada Era Digital seperti saat ini. Dimana para warga meminta kepada kami untuk memberikan sedikit kurang lebihnya pengetahuan akan strategi-strategi pemasaran masa kini. Para warga Nangtung sendiri masih menjual hasil-hasil panen mereka ke tengkulak atau yang bisa disebut perantara lalu kemudian dipasarkan lagi. 

Penjualan yang seperti itu tentunya membuat sedikitnya keuntungan bagi para warga sebagai petani, maka dari itu kami menyediakan penyuluhan strategi pemasaran yang didampingi oleh salah satu dosen pembimbing kami dari Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional.

Waktu terus berjalan, kegiatan pengabdian kami pun telah sampai pada penghujungnya yaitu kegiatan pentas seni.  Dimana kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan persaudaraan diantara peserta Comcare dengan warga Nangtung. 

Di dalam kegiatan pentas seni ini ada salah satu hasil dari pengabdian yang dilakukan oleh tim pengajar, yaitu pembacaan puisi dan penampilan tokecang oleh anak-anak Kampung Nangtung. Lalu, kami para peserta juga memberikan penampilan-penampilan terbaik kami di Kampung Nangtung yang katanya sunyi kalau dimalam hari. Melalui penampilan inilah kami bertujuan untuk memberikan suasana baru dan menghibur para warga. 

Tak sampai disitu, kami mendapatkan suatu hal yang sangat menyentuh hati kembali, yaitu warga  Kampung Nangtung memberikan satu penampilan spesial mereka untuk kami, yaitu penampilan Kuda Renggong yang menjadi salah satu kesenian khas Jawa Barat sebagai penutup dari pentas seni malam itu.

Di malam terakhir kami berada di Kampung Nangtung, malam itu merupakan malam dimana kami berpencar untuk istirahat dirumah-rumah warga. Satu malam itu merupakan malam yang paling indah, yang paling berharga, yang paling istimewa untuk kami. Pada malam itu kami tahu, bagaimana sepenuhnya apa yang dirasakan warga ketika kami tiba-tiba ada diantara mereka, kami masuk ke dalam lingkungan tempat mereka tinggal, ketika kami menjadi bagian dari mereka, ketika mereka menganggap kami seperti keluarga mereka sendiri.

Nangtung, begitu indahnya dirimu. Hal-hal yang telah kita lalui bersama selama 5 hari itu begitu menusuk ketulang sehingga kami tak akan pernah melupakannya. 

Semoga apa yang kami beri dapat menjadi manfaat dan dapat selalu dijaga oleh kalian. Dan apa yang telah kita lalui bersama menjadi salah satu momen terhangat dan berharga yang selalu teringat untuk kita yang terlibat. Kegiatan ini telah berakhir, namun hubungan diantara kita tidak akan pernah berakhir. Sampai bertemu dilain waktu Nangtung. Jayaaa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun