Mohon tunggu...
salasa murni izha nurbayity
salasa murni izha nurbayity Mohon Tunggu... Lainnya - communication science'18

hobi menulis cita-cita jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebentar namun Melekat, Itulah Istimewanya Nangtung

17 September 2021   18:05 Diperbarui: 17 September 2021   18:12 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

egiatan mengajar anak-anak diawali dengan membuat keterampilan, seperti menempel karya dengan biji jagung dan kacang hijau, dan membuat hiasan dinding 3K (Kardus, Karton, Kain Flanel) yang berisi tulisan rukun islam, rukun iman, impian, hobi, kebiasaan 6s (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, dan Sayang) yang harus diterapkan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, tim pengajar mengajarkan puisi dan tari tokecang yang merupakan lagu anak-anak yang berasal dari Jawa Barat. Namun ketika kegiatan belajar mengajar di hari pertama berlangsung, terdapat beberapa kendala seperti anak-anak yang hadir dalam kegiatan ini diharuskan pergi mengaji, sehingga sedikitnya jumlah anak yang tersisa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. 

Tetapi, tak sedikitpun dari mereka yang enggan pergi mengaji karena antusias dalam mengikuti kegiatan Commcare, dan kami selaku tim pengajar menasihati mereka untuk harus pergi mengaji terlebih dahulu, jika telah selesai maka diizinkan kembali ke belajar bersama. Dan berkat antusiasme anak-anak di Kampung Nangtung, seusai mereka pulang mengaji anak-anak tersebut kembali menghampiri kami dengan raut wajah penuh sukacita yang diiringi oleh pertanyaan "apa yang harus dilakukan oleh mereka selanjutnya".

Usai melakukan pembelajaran keterampilan di hari pertama, esok harinya tak pernah diduga bahwa ternyata anak-anak yang hadir bertambah jumlahnya, untuk itu kami membagi kelompok, baik untuk tim pengajar dan anak-anak agar memudahkan dalam mengajar seputar tari tokecang dan pembacaan puisi, yang bertema "Ibu" karya salah satu peserta Commcare yang bernama Zulfa Nailalmuna. Hasil pengajaran ini akan ditampilkan dalam sebuah pentas seni.

Kampung Nangtung juga memiliki rumah ibadah yang bernama Masjid Al-Hidayah. 

Sejak awal kedatangan kami sudah terlihat dinding depan Masjid terlihat tidak terawat, yang menjadi salah satu hal yang menarik perhatian kami yang kebetulan memiliki tujuan untuk menghias taman masjid tersebut. Langkah awal kami mulai dari membersihkan lumut dan debu tebal yang ada di dinding depan masjid, setelah itu dilanjut melukis pinggir dinding dengan warna kuning dan warna hijau untuk dinding dasar. 

Kami juga menambahkan hiasan menarik berupa lukisan wanita dan pria serta sketsa masjid di dinding tersebut, dan dipercantik dengan melukis nama masjid pada dinding dengan cat warna putih. Sebelumnya, sebagian anggota kami melakukan pengecatan di masjid dan disaat itu juga sebagiannya melakukan penanaman di samping masjid tersebut yang sebelumnya sudah kami siapkan tanaman hias yang di tujukan untuk menghias taman Masjid.

Dalam proses menghias taman dan mendekor dinding masjid, kami mendapatkan respon yang sangat baik dari warga Nangtung. Di waktu kami melukis dinding pada siang hari, beberapa warga berantusias mendirikan terpal untuk kami agar terhindar dari teriknya matahari. Dan betapa tersentuhnya hati ini ketika mendapat respon yang sangat indah, apalagi ketika anak-anak Kampung Nangtung sangat bersemangat dan senang karena dinding masjid mereka jadi lebih berwarna dan adanya hubungan yang terjalin diantara kami.

Beranjak pada MCK di Kampung Nangtung, MCK tersebut adalah salah satu fasilitas utama warga untuk mandi, mencuci pakaian, mecuci peralatan dapur, dan membuang hadast. 

Namun, kondisi MCK tersebut terbilang masih kurang baik untuk dipakai jika menjadi salah satu fasilitas utama warga Nangtung. Dan ini merupakan salah satu yang menjadi perhatian kami untuk mengimplementasikan pengabdian kepada masyarakat di Nangtung. Pada MCK ini kami melihat dinding-dinding yang tidak menutup sehingga jika sedang memakai MCK bisa saja ada yang jahil dan juga alas MCK yang belum teralaskan keramik membuat kami semakin bersemangat ingin memeperbaiki MCK tersebut. 

Maka dari itu kami, khususnya kelompok yang menangani MCK, memutuskan membuatnya menjadi lebih nyaman untuk digunakan warga dengan membuat temboknya menjadi sampai kepala dan alasnya diberi kramik. Tak hanya sampai situ, kami pun memperhatikan sumber pengambilan air yang ada di Kampung Nangtung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun