Mohon tunggu...
Sharfina rasyiqah
Sharfina rasyiqah Mohon Tunggu... Mahasiswa universitas muhammadiyah jakarta prodi ilmu komunikasi

Tugas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Politik Di Indonesia 2025: Antara Militerisasi, Krisis Demokrasi, dan Ketegangan Sosial

27 Juli 2025   14:00 Diperbarui: 27 Juli 2025   14:00 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2025 menjadi periode penuh gejolak dalam lanskap politik Indonesia. Berbagai kebijakan kontroversial, konflik kepentingan, dan meningkatnya peran militer dalam ranah sipil memicu kekhawatiran akan kemunduran demokrasi dan stabilitas nasional.

 

1. Ekspansi Peran Militer dalam Sektor Sipil

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto telah memperluas peran militer ke berbagai sektor sipil. Salah satu langkah kontroversial adalah penunjukan laboratorium militer untuk memproduksi obat-obatan yang akan dijual melalui koperasi negara dengan harga diskon. Kebijakan ini menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia yang menilai hal tersebut melanggar hukum yang melarang personel militer aktif terlibat dalam bisnis .

Selain itu, revisi Undang-Undang TNI yang disahkan pada Maret 2025 memungkinkan lebih banyak perwira militer aktif menduduki jabatan sipil. Langkah ini dianggap sebagai kemunduran dari reformasi militer pasca-Orde Baru dan memicu protes dari mahasiswa serta masyarakat sipil .

2. Ketegangan Internal Pemerintahan dan Pengaruh Jokowi

Ketegangan antara Presiden Prabowo dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin meningkat. Surat dari ratusan purnawirawan militer yang menuntut penghapusan proyek Ibu Kota Nusantara dan pengunduran diri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, mencerminkan konflik internal yang mendalam. Situasi ini memperlihatkan perpecahan antara faksi konservatif militer dan pendukung demokrasi yang diwariskan oleh Jokowi .

3. Protes Mahasiswa dan Gerakan "Indonesia Gelap"

Pemotongan anggaran pendidikan dan kesehatan untuk mendanai program makan siang gratis sebesar $32 miliar memicu gelombang protes mahasiswa di berbagai kota besar. Gerakan "Indonesia Gelap" menyoroti kekhawatiran akan masa depan generasi muda dan meningkatnya peran militer dalam kehidupan sipil. Meskipun pemerintah menyatakan bahwa pendidikan tidak akan terdampak, ketidakpercayaan publik tetap tinggi .

4. Pembungkaman Kebebasan Pers dan Aktivis

Laporan Amnesty International menyoroti penindasan terhadap kebebasan berpendapat, termasuk penangkapan ratusan demonstran dan penggunaan spyware terhadap aktivis. Kasus intimidasi terhadap jurnalis investigatif, seperti pengiriman kepala babi dan tikus mati, menunjukkan meningkatnya ancaman terhadap kebebasan pers di Indonesia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun