Mohon tunggu...
Farhad Shameel Abdullah
Farhad Shameel Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - TO BE AN IRRATIONAL MODE

Portofolio Review shameelabdullah.farhad@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aktivisme Sosial Remaja di Antara Budaya dan Kritis

5 Agustus 2020   19:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   23:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sesungguhnya mereka juga sudah melakukan taktik yang sama sebelumnya. Ketika protes Black Lives Matter memuncak, mereka menenggelamkan sebuah App yang bernama iWatch milik polisi di Dallas. App ini bikinan polisi yang menyuruh warga mengunggah video wajah para pemrotes yang dianggap melakukan pelanggaran kepada polisi. Laporan bisa dilakukan secara anonim, kata polisi.

Apa yang dilakukan anak-anak ini adalah mereka mengunggah video-video 'fancams' dari K-Pop yang biasanya dipakai untuk mempromosikan lagu dari bintang pujaan mereka. Video-video ini memacetkan iWatch yang dianggap sebagai bentuk rasisme yang mengadu antara warga dengan warga demi keuntungan polisi. 

Mereka juga mengirim kartu ucapan ulang tahun palsu ke Trump. Selain itu, mereka juga mengubur hashtag dari kelompok-kelompok rasis kulit putih. Aktivisme online ini jarang mendapat perhatian karena kita lebih terpaku pada orang-orang yang turun ke jalan.


Kelompok Remaja Subkultur Sebagai Gerakan Kolektif Baru
Generasi muda atau remaja secara psikologis berada pada tahap perkembangan dimana sikap dan niali yang berada pada pembentukan dan pengambilan ideologi dan minat tertentu. Masa transisi ini dari anak-anak menuju dewasa biasanya muncul fase memberontak sebagai wujud mencari jati diri di tengah kompleksitas masyarakat modern. Dalam masa ini tidak jarang budaya dan media menjadi faktor penting dalam pembentukan jati diri mereka.

Budaya generasi muda sebagaimana merujuk pada kajian Cultural Studies yang dilakukan oleh Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS) Brimingham UK, terdapat perbedaan dengan munculnya budaya populer maupun media yang mereduksi muisk, gaya hidup, aktifitas serta bahasa yang menjadi bagian proses bagaiaman remaja dan generasi muda mengekespresikan dirinya di masyarakat.

Media menstransmisikan nilai kultural di antara komunitas dalam masyarakat yang kompleks yang terindikasi dengan perubahan yang begitu cepat dan bertranmisi menjadi konteks yang lebih luas. kultu yang dibawa lebih mudah mereduksi pola pikir serta segala hal yang membentuk kelompok remaja pada generasi masyarakat modern seperti sekarang.

Fenomena aktivsime online yang marak terjadi di Amerika Serikat ini merupakan suatu pertanda bahwa ada pola gerakan baru yang populer dilakukan serta terbukti ampuh mencapai atau mengekspresikan suatu tindakan politis yang kritis dalam menyikpai keresahan mereka akan kondisi yang mereka tidak sukai. Kontradiktif ini menjadi suatu gerakan yang unik dan terepresentatif terhadap perkembangan era digital yang mana memang area ini dikuasi oleh kelompok usia remaja.

Pergerakan yang mereka lakukan membuktikan bahwa di era sekarang dengan gaya dan budaya sesuai dengan ciri khas generasi ini, optimalisasi teknologi serta efesiensi terhadap waktu dan biaya membuktikan bahwa hal ini tidak bisa dianggap sepele dan hanya sebatas gerakan musiman.

Subkultur K-Pop yang didukung oleh platform media sosial menjadi instrumen yang sering kali dipilih untuk mengkampanyekan apa yang menjadi keresahan serta sebagai wadah dalam menyampaikan aspirasi yang mereka ingin utarakan. Kolektifitas ini bisa menjadi dukungan tersendiri dan menjadi angin segar bahwa meski generasi remaja di era sekarang sulit untuk menyampaikan aspirasinya melalui demonstrasi massa dengan cara sendirinya mereka mencoba menyatu dengan budaya kan gaya hidup sesuai dengan perkembangan zaman.

Meski tidak di tampik pula gerakan ini relatif mudah untuk di reda serta urgensi dalam menggerakan massanya berdasarakan pengaruh dan konten yang dibawa namun hal ini bisa menjadi titik balik bagaiaman remaja menyampaikan kekecewaannya terhadap kebijakan maupun kinerja dari negara. 

Argumentasi ini bukan berarti menampikkan bahwa demonstrasi masa secara nyata dan langsung berkumpul di satu tempat sudah dapat digantikan. Gerakan ini bersifat sementara dan jauh dari tujuan revolusioner dalam mengubah tatanan sistem yang telah ada, bisa dibilang fenomena ini membuktikan bahwa budaya populer yang dinamis dan masif di era industri terutama masifnya pengaruh musik pop asal Korea ini menjadi suatu kondisi yang cukup relevan bahwa gerakan ini memiliki tempat tersendiri di kelompok remaja generasi sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun