Mohon tunggu...
F. Sugeng Mujiono
F. Sugeng Mujiono Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selingkuh

13 Maret 2021   06:58 Diperbarui: 13 Maret 2021   07:09 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Uh, Mama malah belain Bibi!" Ebel semakin emosi. Sementara putrinya gelisah merasakan nyeri yang melelahkan itu.

Pagi itu merupakan penantian yang membosankan bagi Ebel. Melihat putrinya terbaring lemah, dengan colokan infus di lengannya, dan lengan sastunya dibalut tanpa boleh bergerak, menyebabkan dia tidak tahan memandanginya. Namun bayangan Cindy tak mampu ia abaikan. Wanita cerdas menjelang usia empat puluhan. Kecerdasannya itulah yang menggugah ketertarikan Ebel. Lidya tidak secerdas Cindy. Tapi..., benarkah ia hanya mengagumi kecerdasannya? Yang jelas, Ebel telah memperhatikan Cindy mulai dari tungkai hingga ujung rambut. Telapak kaki  beralaskan sepatu, masih memperlihatkan tungkai dan ujung jari yang bersih. Pinggul serasi dengan tubuhnya, selalu terbalut blazer dalam stelan warna yang serasi, menyiratkan dia sebagai seorang intelektual. Cara bicara yang runtut penuh logika dan tanpa emosional, menambah kesan intelektualnya. Jemarinya saat menggoreskan pena di atas kertas, senyum yang hanya sekilas, rambut yang selalu tertata rapi, semuanya memberikan keteduhan tersendiri bagi Ebel.

Sambil menyuapkan teh manis ke mulut putrinya, Ebel masih larut dalam kenangan akan Cindy. Ia ingat saat bersalaman, saat tak sengaja bersentuhan, saat ngobrol dan berdialog bersama, ah....., saat ..., saat ... Kenapa kesempatan ini harus hilang?

Kilasan berita di tv menyadarkan lamunan Ebel.

"Sebuah pesawat diperkirakan hilang di atas perairan Selat Makassar," demikian berita itu. "Pesawat tinggal landas dari Bandara Juanda pukul 08.00 WIB dengan tujuan Manado. Belum diketahui nasib awak dan penumpangnya. Pesawat hilang kontak 45 menit setelah lepas landas. Sampai berita ini dirilis pesawat itu belum diketahui keberadaannya."

Sontak Ebel merasa kerongkongannya tercekik. Pandangannya menjadi kabur, lutut gemetaran, dan merambat ke tangan, sehingga gelas yang dipegangnya terjatuh. Beling bercampur air berantakan di lantai.


"Kenapa, Pa?" Lidya terkejut dan segera mendekat.

Lidya membersihkan lantai sambil berbicara agar suaminya istirahat dan tidak selalu menyalahkan Bibi. Belum selesai membersihkan lantai, berita tv itu kembali terdengar.

"Sebuah pesawat terlihat oleh warga, menukik dan tercebur di perairan Selat Makassar. Tim Sar sedang menuju lokasi."

Spontan Ebel memeluk Lidya yang masih memegang kain pel. Air mata tertumpah di pundak Lidya, sementara Lidya tertegun tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Ada apa, Pa?" tanya Lidya setelah pelukan Ebel mengendur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun