"Kalau siang biasanya agak ramai, tapi tetap nyaman. Sore adalah waktu favorit karena angin sejuk dan lampu-lampunya bikin tenang," kata Nadesta (21), mahasiswa yang mengaku sering datang untuk mengerjakan skripsi.
Menu yang ditawarkan pun cukup variatif, mulai dari minuman berbasis kopi lokal, minuman non-kopi seperti teh, jus buah, hingga makanan ringan dan makanan berat. Harganya pun masih terjangkau, sehingga menjadikan tempat ini ramah kantong sekaligus bernilai fungsional.
Kontribusi Sosial dan Ekologis di Tengah Kota
Keberadaan Kopinggirjalan menambah warna pada wajah kota Klaten. Di saat ruang terbuka hijau semakin terbatas, tempat seperti ini menjadi alternatif yang memberikan ruang interaksi sosial sambil tetap memperhatikan aspek keberlanjutan. Tanpa banyak elemen buatan yang boros energi, kedai ini mengandalkan kesederhanaan sebagai bagian dari identitasnya.
Selain menjadi tempat bersantai dan bekerja, Kopinggirjalan juga menjadi ruang temu komunitas. Obrolan kreatif, diskusi ringan, hingga pertemuan informal sering terjadi secara spontan di tempat ini. Perannya sebagai ruang publik kecil yang terbuka memberi kontribusi positif bagi dinamika kota.
Kopinggirjalan membuktikan bahwa kenyamanan, produktivitas, dan kesadaran lingkungan bisa hadir dalam satu tempat---bahkan dari sebuah kedai sederhana di pinggir jalan. Di tengah tantangan urbanisasi dan minimnya ruang terbuka, keberadaan tempat seperti ini menjadi angin segar. Bukan hanya sekadar tempat ngopi, Kopinggirjalan menjadi ruang untuk bernafas, berkarya, dan berbagi cerita di tengah kota yang terus bergerak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI