Mohon tunggu...
Naufal Qinthara Rasyad
Naufal Qinthara Rasyad Mohon Tunggu... Lainnya - SMAN 28 Jakarta - XI IPS 1 (25)

jangan lupa untuk like dan subscribe

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Novel "Negeri 5 Menara"

4 Maret 2021   19:22 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:38 1954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel dimulai dari lima sahabat yang sedang mondok di sebuah pesantren, kemudian bertemu kembali ketika mereka sudah beranjak dewasa.

Tokoh utama novel ini adalah Alif Fikri. Pemuda kelahiran Desa Buyur, Maninjum Sumatra Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi seorang guru agama sama halnya yang harapkan oleh kedua orangtuanya.

Keinginan kedua orangtuanya tentu saja tidak salah, sebagai ‘emak’ (ibu) kala itu, menginginkan supaya anaknya menjadi seorang yang bernama, dihormati di kampung seperti menjadi guru agama. “Memiliki anak yang sholeh dan berbakti kepada orangtua adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa mendoakan kedua orangtuanya dikala sudah tiada”, Ujar Alif mengenang keinginan Emak di kampung pada waktu itu.

Namun, ternyata Alif mempunyai keinginan lain, ia tak ingin seumur hidupnya terus tinggal di kampung. ia memiliki cita-cita dan keinginan untuk merantau keluar kota. ia ingin melihat keindahan dunia luar dan ingin sukses seperti sejumlah tokoh-tokoh yang ia ketahui dari membaca buku dan mendengar cerita teman di kampung.

Namun, keinginan Alif tidaklah mudah untuk dicapai. Kedua orangtuanya bersikeras Alif tetap tinggal dan bersekolah di kampung untuk menjadi guru agama. Akan tetapi, berkat saran dari Pak Etek Gindo yaitu paman alif yang sedang kuliah di Kairo, Akhirnya Alif kecil bisa merantau ke Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur. dan, disinilah kisahnya dimulai.

Hari pertamanya di pondok Madani Alif terkesima dengan kata ajaib “’man jadda wajada’, Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya”.

Di pondok barunya ia terheran-heran mendengar komentator sepakbola menggunakan bahasa Arab, ada santri mengigau dalam bahasa inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan syair Abu Nawas dan terkesan juga saat melihat pondok yang ia tempati setiap pagi seperti melayang di udara.

Ringkas cerita kemudian Alif berkenalan dengan Raja Lubis alias Adnin Amas dari Medan, Atang alias Kuswandani dari Bandung, Baso Salahuddin alias Ikhlas Budiman dari Gowa, Said Jufri Alias Abdul Qodir dari Surabaya, dan Dulmajid alias Monib dari Sumenep. Kelima bocah yang menuntut ilmu di dunia pesantren Gontor ini setiap sore memiliki kebiasaan unik. Menjelang Adzan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan.

Dengan membayangkan awan itulah meraka menggambarkan impiannya. seperti Alif mengakui jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, yaitu sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah lulus nanti. Begitu juga dengan yang lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.

Melewati lika-liku kehidupan di dunia pesantren yang tidak terbayangkan selama ini, ke lima santri itu diceritakan bertemu di london. Inggris beberapa tahun kemudian setelah lulus. Kemudian mereka bernostalgia dan saling membuktikan cita-cita dan impian mereka ketika melihat awan di bawah menara masjid waktu itu.

Belajar di pesantren bagi Alif ternyata memberikan warna tersendiri baginya. Ia yang dulunya beranggapan bahwa dunia pesantren adalah konservatif, kuno, ‘kampungan’, ternyata anggapan itu salah besar. Di pesantren ternyata benar-benar menjunjung sikap kedisiplinan yang tinggi, sehingga mencetak para santri yang bertanggung jawab dan berkomitmen.

Di dunia pesantren mental para santri dibakar oleh para uztads supaya itu semua dilakukan supaya santri tidak mudah menyerah dan memiliki mental baja. Setiap hari, sebelum masuk dalam kelas, selalu menyanjungkan kata-kata ajaib “man jadda wa jadda” barang siapa yang bersungguh-sungguh berhasilah ia.

Unsur Intrinsik

a. Tema

Tema yang terkandung dalam novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi adalah pendidikan.  Hal ini dapat dibuktikan dari latar tempat yakni di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar.

b. Alur/Plot

Alur dalam novel negeri 5 menara adalah alur maju dan alur mundur. Dimana cerita dimulai di masa kini dan dilanjutkan dengan kilas balik ingatan tokoh di masa silam saat menimba ilmu di pondok Madani sampai membuahkan hasil di masa kini.

c. Penokohan (watak tokoh)

  • Alif:

Didalam novel ini yaitu tokoh yang protagonis. Alif di gambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah.

  • Baso:

Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah Baso teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersemangat disuruh ke masjid.

  • Raja:

Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat. Didalam novel ini tokoh yang protagonist adalah Raja teman Alif sesama sahibul menara. Dia adalah seorang yang percaya diri, rajin membaca dan mau berbagi

  • Said:

Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah teman Alif sesama sahibul menara

  • Dulmajid:

Dari Sumenep, Madura. Seorang pemain bulu tangkis. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah teman Alif sesama sahibul menara.

  • Atang:

Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater. Didalam novel ini tokoh yang protagonis adalah Atang teman Alif sesama Sahibul menara.

  • Ustad Salman:

Ustad Salman adalah seorang wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang.

  • Tyson:

Tyson salah satu kepala pengamanan di PM. Ia akan bersifat antagonis apabila mendapati siswa PM yang melanggar.

  • Kyai Rais:

Ia selalu membakar semangat para siswa dengan motivasi-motivasinya.

d. Plot/Alur

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah campuran

1). Eksposisi

Kisah dimulai dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC. Wartawan tersebut bernama Alif Fikri.

Tanpa disengaja ia mengecek laptopnya tiba-tiba ada pesan masuk dari orang yang Batutah. Setelah berbalas-balas esan, ternyata ia adalah teman lama Ali dari pesantren sekolah lamanya yaitu Pondok Madani.

2). Intrik

Alif tak ingin besekolah di sekolah di madrasah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya tidak rela bila Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya bersekolah agama, dan menjadikan anaknya sebagai pemimpin agama di masa depan, seperti Buaya Hamka.

3). Komplikasi

Baso bercerita kepada kawan-kawan shahibul menara, bahwa sepertinya ia harus meninggalkan PM duluan dibanding dengan kawan-kawan yang lain.

Karema ia harus merawat neneknya yang sedang sakit parah. Pada akhirnya paman Latimbang menjemput Baso yang saat itu berada di PM, dan Baso harus meninggalkan PM selamanya.

4). Klimaks

Ustad Torik begitu marah saat mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin terlebih dahulu, Mereka itu adalah Said, Alif dan Atang.

Sebelum itu, merkea memnita izin ke Ponorogo untuk mencari barang, namun barang itu tidak ada, dan merekapun harus pergi ke Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Pada Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman, yaitu mencukur habis rambutnya.

5). Antiklimaks

Semua siswa PM kelas 6, sudah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan kelulusan mereka. Kemudian mereka semuapun berpisah, begitu juga dengan shahibul menara yang akan menempuh jalanya masing-masing untuk menggapai impian mereka.

6). Resolusi

Shahibul menara telah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan mengadakan reuninan setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

e. Gaya Bahasa

1). Hiperbola

> “kami bisa makan bagai kesurupan”- hal. 122

> “ Kyai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya” – hal. 190

2). Personifikasi

> “ wajah dingin mencucuk tulang …..” – hal. 2

> “jantungku melonjak-lonjak girang” – hal. 5

> “ Cerita kyai Rias terus berputar di kepalaku” -hal. 142

> “ Sejak dari pagi buta….” – hal. 214

3). Asosiasi

> “ Kami seperti sekawanan tentara yang terjebak….” – hal. 64

> “ Mukanya dingin seperti besi” – hal. 124

f. Sudut pandang

Dalam novel Negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi ini, si penulis menggunakan orang pertama pelaku utama, karena menggunakan kata ganti “Aku”.

g. Amanat

Cerita Novel Negeri 5 menara ini memberikan kesan dan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. kita harus bersungguh-sungguh dan bekerja keras untuk meraih apa yang kita impikan. tapi ingatlah dibalik kesuksessan tersebut ada orangtua yang selalu mendoakan kita, jadi kita juga harus serta-merta menghormati, menyayangi dan berbakti kepada orang tua.

Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi apapun, Tuhan sungguh Maha mendengar. Man Jadda Wajada siapa yang bersungguh-sungguh dapatlah ia.

Unsur Ekstrinsik

Nilai agama

Novel ini menceritakan tentang kehidupan sekitar dunia pesantren sehingga banyak mengajarkan nilai agama yang jarang di dapat dalam novel-novel lain.

Nilai Moral

Kebersamaan Sahibul menara dalam menghadapi kerasnya dunia pendidikan di pesantren mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidak mudah menyerah untuk menuntaskan apa yang telah dimulai.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Negeri 5 Menara

Kelebihan

Kelebihan novel negeri 5 menara ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang tua.

Novel ini juga dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok pesantren yang tidak hanya berfokus kepada ilmu-ilmu agama saja. karena dalam novel ini selain belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian dan lain sebagainya.

Kita juga dapat memetik pelajaran yang berharga yaitu jangan pernah meremehkan sebuah impian walau setinggi apapun, yakinlah bahwa kamu dapat mencapainya, dan berdoalah kepada Allah, karena Allah Maha mendengar do’a dari hambanya.

Kekurangan

Kekurangan novel negeri 5 menara ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seperti apa dan bagai mana keadaan orang tersebut.

Identitas Buku

Judul Buku : Negeri 5 Menara

Penulis : Ahmad Fuadi

Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama

Tahun Terbit : 2009

Jumlah Halaman : XII + 423 Halaman

Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun