Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menyikapi Sedikit dan Kurangnya Lapangan Pekerjaan bagi Fresh Graduate

30 April 2019   06:15 Diperbarui: 30 April 2019   11:28 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencari kerja di situs pencari kerja| Shutterstock

Beberapa waktu lalu, jagat internet termasuk kita semua, dihebohkan dengan pernyataan dari mahasiswa yang baru saja wisuda dan menuntut lapangan pekerjaan ke Pak Presiden.

Sempat bingung, kenapa dia berpikir demikian. Masih menyandang sebagai lulusan baru dan langsung berkata bahwa lapangan pekerjaan sulit, dan menyatakan akan termasuk jadi pengangguran terdidik bersamaan dengan wisudawan lainnya sekitar 1500 orang. Teman-temannya apa iya rela dikatakan seperti itu? Apa iya 1500 orang itu semuanya pesimis dalam mencari lowongan pekerjaan?

Pesimis kok ngajak temen.

Masnya, dibanding mengeluh, coba mulai melamar pekerjaan di posisi yang memang diminati, kalau belum rezeki, kurangi pola pikir idealis itu, lalu coba melamar pekerjaan yang memang bisa untuk semua jurusan. Saya cukup yakin, jika tidak ada masalah soal attitude selama kemampuan lain bisa diasah, pasti bisa dengan segera bekerja.

Toh, perlahan, sadar atau tidak, kita akan mencintai apa yang kita kerjakan, jika memang tidak bisa mengerjakan apa yang dicintai --anak sekarang biasa sebut hal ini dengan passion--.

Sudah berapa lamaran atau CV yang Mas kirimkan ke perusahaan? Posisi apa saja yang dilamar? Mas ini susah dapat kerjaan atau memang pilih-pilih dalam mencari pengalaman baru? Ga mau lembur? Ga mau kerja secara shifting? Maunya kerja enak dan dapat gaji besar? Bersedia engga jika bekerja dengan target?

Gini, Mas, sesama individu yang hidup di rezim yang selalu salah bagi sebagian orang era milenial ini, dari dulu hingga sekarang pun ga ada pekerjaan yang mudah, untuk mendapatkannya perlu usaha, sekarang, tinggal mau atau tidak melakukan usaha tersebut.

Banyak perusahaan outsourcing yang memang bertujuan membantu menyalurkan tenaga kerja ke mitra atau kliennya, sesuai dengan kebutuhan atau kualifikasi. Kalau memang dengan jalur mandiri (langsung melamar ke perusahaan tertuju) dirasa sulit, melamar kerja melalui jasa outsourcing mungkin bisa dilakukan. Kalau memang niat dan tujuan utamanya bekerja, engga perlu gengsi lah, walaupun kontraknya outsourcing.

Ilustrasi. (Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi. (Dokumentasi pribadi)

Setidaknya ada proses menuju mendapatkan pekerjaan.

Untuk lulusan baru, saran saya, ada baiknya juga kuasai soft skill, salah satunya bagaimana berkomunikasi dengan baik, percaya diri ketika wawancara kerja. Bukan nothing to lose alias diterima syukur, engga ya udah.

Pernah pada satu kesempatan wawancara kerja, kandidat ini saya minta untuk perkenalan diri, dia hanya jawab,

"Saya ga tau, Pak, tentang diri saya sendiri karena yang bisa menilai itu orang lain."

Quote yang sangat bagus, tapi jelas bukan itu jawaban yang diharapkan pewawancara.

Fokus pada saat wawancara pun penting, pernah saya bertanya pada kandidat perihal gambaran dirinya seperti apa, dijawabnya,

"Saya itu pas lagi cari kosan sama teman saya, padahal kami udah janjian, terus kami batal ngekost, Pak. Jadi, dari situ saya bisa ambil kesimpulan, jangan gampang percaya sama orang, Pak."

Mengada-ada? Tidak. Memang ada tipikal kandidat yang memang tidak fokus dalam wawancara. Itu kenapa saya sampaikan sebelumnya, bahwa soft skill dan persiapan itu penting.

Dalam hal kirim lamaran kerja melalui email pun masih seringkali subjek dan badan email dikosongkan, hanya attachment saja. Ya, email ini tertuju untuk siapa, maksud dan tujuannya apa. Mohon dilengkapi.

Semasa kuliah, jika saya mengirimkan email yang subjek dan badan email dalam keadaan kosong ke dosen pembimbing, harus bersiap tidak diberi tanggapan perihal revisi tugas akhir. Belum lagi ditegur secara langsung ketika di dalam kelas.

Untuk kandidat yang sudah berpengalaman, jika ditanya mengapa resign dari kantor sebelumnya, siapkan juga jawaban yang memang sekiranya perlu diceritakan, bisa soal ingin tantangan baru, kesempatan berkarier dan benefit yang lebih baik, tidak perlu cerita ketika pulang bekerja pada malam hari bertemu dengan pocong.

Seperti kandidat yang pernah saya wawancara,

"Saya resign dari kantor sebelumnya karena pas pulang saya ketemu pocong, Pak. Awalnya ragu itu pocong atau bukan, saya mendekat, ga taunya betul putih, Pak. Itu pocong," Kandidat mulai bercerita alasannya resign dari kantor sebelumnya.

Karena menurut saya ceritanya menarik untuk diulas, saya lanjutkan bertanya,

"Lalu saat itu Mas gimana? Teriak? Melarikan diri? Atau gimana?"

"Saya waktu itu langsung pucet, Pak. Saya sampai rumah langsung tidur, tutup badan pakai selimut."

"Loh? Masnya ga mandi dulu biar segar badannya?" tentu saya tidak akan menanyakan hal demikian.

Ketika wawancara, baiknya alat komunikasi dimatikan, minimal disilent. Jelas memegang apalagi memainkan handphone saat wawancara bukan sikap yang bijak. Pernah ada kandidat yang dengan santainya mengeluarkan handphone dari saku celananya, lalu memainkannya. Saat saya tanya,

"Kenapa, Mas? Ada yang penting? Kalau memang ada yang penting, ga apa-apa, silakan direspon dulu."

Dia jawab, "Ga ada apa-apa, Pak."

Lah. Kalau memang tidak ada yang urgent, buat apa main handphone saat wawancara berlangsung? Gunanya apa? Ga mungkin wawancara kerja sambil main Mobile Legend untuk Push Rank, kan? Yang ada malah jadi penilaian negatif bagi pewawancara. Belum lagi dengan semangat dan percaya diri yang tinggi, kandidat ini tiba-tiba mengucapkan kata, "BIG HOPE, Pak, BIG HOPE." Sungguh random.

Itu kenapa, kesiapan dalam mengikuti wawancara kerja itu penting. Bukan melulu soal mencari kerja itu susah, lapangan kerja sedikit, atau peluang bekerja yang minim, tapi coba menelaah diri sendiri, apakah memang sudah siap dan layak untuk bekerja? Sudah siap menjadi bawahan? Sudah siap mengerjakan deadline? Mengingat semua pekerjaan pasti memiliki target yang memang harus dipenuhi, tidak peduli apa pun posisinya.

Jadi, sebelum menuntut lapangan pekerjaan yang tersedia minim dan mengeluh cari pekerjaan sekarang itu susah, ya baiknya kroscek dulu kemampuan diri juga kesiapan dalam bekerja, apakah memang sudah betul-betul siap atau hanya karena gengsi melihat teman-teman yang lain sudah bekerja lebih dulu.

Jadi lulusan baru kok ya optimis banget jadi pengangguran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun