Ia juga menambahkan bahwa strategi klasterisasi usaha telah terbukti mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas, hingga daya tawar produk di pasar.
Belajar Sambil Praktik
Pelatihan yang dipandu tim PKU PNM Probolinggo, Ken Suryo dan Fany, berlangsung dengan interaktif. Para peserta tidak hanya mendengarkan teori, tetapi langsung praktik mengolah jagung menjadi marning. Suasana hangat terlihat saat ibu-ibu saling membantu dalam proses penggorengan, pencampuran bumbu, hingga pengemasan sederhana.
Salah satu peserta, Ibu Sulastri yang sekaligus menjadi tuan rumah kegiatan, mengaku sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini.
“Biasanya jagung saya langsung dijual mentah, harganya tidak seberapa. Setelah tahu cara bikin marning, saya jadi lebih semangat. Modalnya kecil, tapi bisa jadi camilan yang laku dijual di warung atau titip di toko. Untungnya lumayan buat nambah kebutuhan sehari-hari,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Dukungan Program
Dukungan untuk program ini juga datang dari Jakarta. L. Dodot Patria, Sekretaris Perusahaan PNM, menegaskan bahwa pemberdayaan perempuan melalui klasterisasi merupakan strategi penting PNM untuk memperkuat ekonomi berbasis komunitas.
“PNM percaya bahwa usaha mikro bisa menjadi tulang punggung ekonomi nasional bila dikelola secara kolektif. Produk olahan lokal seperti marning jagung memiliki potensi besar, bukan hanya untuk pasar domestik, tetapi juga berpeluang menembus pasar yang lebih luas. Klasterisasi membuat ibu-ibu nasabah lebih percaya diri, mandiri, dan saling menopang dalam perjalanan usahanya,” ujar Dodot.
Menurutnya, keberhasilan program ini akan menjadi model yang bisa direplikasi di berbagai daerah lain yang memiliki potensi serupa.
Lebih dari Sekadar Produksi
Kegiatan ini bukan hanya tentang bagaimana mengubah jagung menjadi marning, tetapi juga bagaimana membangun ekosistem usaha yang berkelanjutan. Melalui pendekatan klasterisasi, para nasabah tidak berjalan sendiri, melainkan dalam kelompok yang saling mendukung, berbagi pasar, hingga mengakses peluang lebih besar.