Mohon tunggu...
Puisi Pilihan

Gunung Dwipurwa

15 Mei 2016   18:21 Diperbarui: 15 Juni 2016   03:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : foto pribadi

Ada yang tak sempat kau lihat dari pepohonan, sungai,gunung, dan aku. Aku tulang tak berongga yang kuat seperti saat kau menginjaknya dan aku masih baik-baik saja. Aku pernah melihat gunung menangis saat itu, umpama anak yang kehilangan air susu ibunya, jeritanya tak pernah ku dengar, bahkan ketika burung-burung berhenti bersenandung. Ini adalah kesedihan yang belum ada namanya, menghardik seisi hati para pendaki.

Aku takut gunung mulai muak, dan mengeluarkan seisi perutnya seperti saat itu. Saat kita berjanji didepan mereka untuk tak saling menodai.

Di lereng gunung itu ada yang terlupakan, dua bayangan yang saling bersembunyi, satu dibalik punggungku satunya lagi tepat dihatimu.. Menunggu siapa yang mulai lelah, tanpa kabar dan berita lalu pergi begitu saja. 

Menapaki setiap getir dan getar jalan setapak, lobang dan jurang sepi yang telah kau buat. Aku sengaja jatuh kedalamnya agar kau tahu, aku mencintai setiap perbuatanmu.

Kini malam memecah siang, mengusir riuh di kaki gunung, menyisakan rumput yang bergoyang dan aku mulai bertanya padanya, "apa bencana itu terjadi padaku?". Sementara Getah dari liur pohon karet itu tidak kunjung kering, begitu pula hati dan keinginanku, memelukmu sekali lagi dan mencongkel matamu yang indah.

Aku akan memanggilmu sayang, untuk terakhir kalinya ,lalu bunuh diri.., menyisakan sebuah puisi tentang gunung, sungai , dan kau..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun