Mohon tunggu...
Bung Syam
Bung Syam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah kenyataan, terima kenyataan, dan hadapi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepentingan Negara Rakyat/Umum Golongan dalam Kasus Penistaan Agama

19 Oktober 2016   16:52 Diperbarui: 19 Oktober 2016   17:05 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam memandang sebuah kasus sebagai Bangsa yang berlandaskan hukum dan Negara yang berdasarkan Pancasila, maka jika sebuah kasus ditarik ke dalam ranah Negara yang bertugas melindungi kepentingan umum atau rakyat. Dan dalam hal ini Pemerintah yang berdiri sebagai penguasa sebuah Negara amat berkepentingan menempatkan setiap kepentingan itu atas dasar dan atas pijakan yang telah teramat jelas, yaitu pembelaan atas kepentingan rakyat atau umum tentu yang paling lebih diutamakan.

Selama sikap Negara dalam hal ini Pemerintah tidak jelas dan tegas maka kewibawaan Negara akan makin tergerus, sehingga bisa dengan mudah dipermainkan oleh kelompok-kelompok minoritas (ormas-ormas) khususnya ormas yang berlebel keagamaan yang memiliki jargon-jargon yang secara tersamar berseberangan dengan ideology Bangsa dan Negara Indonesia.

Saya tidak hendak berdebat dengan para manusia yang mengaku sebagai ustad ataupun yang mengklaim diri sebagai ulama. Karena terus terang saya saat ini tlah kehilangan rasa percaya dengan mereka-mereka itu apakah mereka itu benar-benar sebagai warosathul Anbiya (pewaris para Nabi), karena dari yang saya pelajari sampai saat ini warorasthul Anbya tidaklah seperti mereka-mereka itu. Masih teramat jauh masih jauh panggang dari api, jauh – jauh – jauh itu nyata dan kenyataan.

Satu warosathul Anbya tidak suka berbantahan dalam urusan Agama. ke dua warosathul Anbya memahami betul bagaimana berakhlakul kharimah yang benar. Ketiga warosathul Anbya amatlah bijaksana dalam menghadapi setiap situasi dan keadaan (tidak suka memperpanjang masalah dan memperumitnya). Keempat warosathul Anbya amatlah pema’af dengan sesama makhluk, dan kelima warosathul Anbya adalah orang yang adil tidak membedakan dari golongan apapun akan dihadapi dengan sikap yang sama.

Seperti dalam kasus Basuki Cahaya Purnama bagi Tuhan YME itu hanyalah kasus kecil yang amat tidak berbarti apa-apa, karena yang melakukan bukan manusia yang mempercayai akan kebenaran ayat itu sendiri, itu bagi Tuhan sesuatu yang amat wajar dan lumprah. Cuma yang disayangkan oleh Tuhan kealphaan manusia ini yang sedang menyandang status sebagai seorang penguasan suatu daerah. Tuhan YME itu baru marah besar kalau yang melecehkan itu manusia yang mempercayai kebenaran ayat-ayat –Nya namun perilakunya amat bertentangan dengan ayat yang telah dipercaya kebenarannya.

Coba perhatikan hal-hal yang terjadi disekeliling kita betapa berzinahan tlah merajalela siapa itu pelakunya kebanyakan dan tanyakan kepada pelakunya saya yakin 100% mereka tahu bahwa hal itu amatlah dilarang tapi kenapa masih juga melakukan. Bukankah itu sebuah pelecehan, sudahlah misalnya disuatu komunitas yang tlah disepakati bahwa setiap anggota komunitas tidak boleh melanggar peraturan yang tlah disepakati.

Tapi kemudian ada anggota yang dengan sengaja dan bersikap menyepelekan dengan aturan yang tlah disepakati kira-kira apa yang kita rasakan. Dan kemudian bandingkan jika yang melanggar itu bukan anggota komunitas apa yang bisa kita rasakan, pasti akan berbeda.

Kan wajar memang bukan anggota kalau dia tidak mentaati aturan yang diterapkan terhadap komunitas yang dia tidak ikuti. Namun sepanjang kita tlah mengetahui maka menjadi sebuah kuwajiban untuk kita bersikap toleransi dengan keyakinan dan kepercayaan orang lain ini demi menjaga kebaikan dan kemaslahatan ummat atau rakyat, itulah sebenarnya masalahnya.

Jadi gak perlu diperpanjang betapa bodohnya kita hanya untuk bersikap bijaksana saja harus mensitir dari berbagai bentuk manusia yang tidak memiliki kejelasan cara pandang dan cara berfikirnya. Bisanya hanya menirukan tulisan, kisah, dan cerita orang lain, kalau hanya pandai menghafal itu mah bukan orang hebat.

Orang hebat itu orang yang mampu menterjemahkan semua hafalannya dalam kehidupan nyata secara konstruktif dan structural atawa biasa disebut sebagai orang bijak dan adil. Manusia yang masih suka berbantah-bantahan dalam masalah urusan Agama itu tidak lebih dari seekor keledai.

Salam damai, salam sejahtera, salam kerukunan, M E R D E K AA !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun