Be A Brother For All, Stop Eksploitasi Satwa Lindung

"Be a brother for all" dalam Bahasa Indonesianya adalah menjadi saudara bagi semuanya(yang ada dan hidup di alam semesta ini) . Entah flora maupun fauna dan yang utama serta menjadi dasarnya kepada manusia. Manusia harus menjadi inisiator dalam mengolah lingkungan. Manusia memiliki akal budi yang sehat untuk merawat hubungan dengan alam semesta. 

Semangat prihatin pada kondisi lingkungan sekitar perlu dipertajam. Banyak yang terjun ke dunia lingkungan hidup namun berujung pada pencitraan. Hanya seremonial. Tidak ada tindaklanjut. Saat isu lingkungan hidup mencuat kepermukaan, banyak yang bungkam dan saling lempar kebijakan dan diakhiri  dengan  putusan "cukup tahu saja".

Eksploitasi satwa  yang dilindungi merupakan pelanggaran yang dilakukan secara terbuka dan seolah-olah 'menantang'. Memang ada sebagian yang menjamin kelayakan dan kenyamanan hidup si satwa namun perlu ditinjau lebih jauh lagi, salah satunya keseimbangan ekosistem alam di sekitar kita.

Eksploitasi satwa yang dilindungi harus ditindak secara tegas. Tidak ada toleransi atas semua ini. Kekayaan alam tetaplah menjadi kekayaan alam. Manusia tugasnya bukan mengusik kelangsungan hidup mereka namun wajib memperhatikan dan merawat mereka melalui tindakan nyata tanpa merusak ekosistem didalamnya. 

Kita perlu mengubah mentalitas kita, yang awalnya sebagai perambah menjadi peramah lingkungan. Suatu hari nanti kita akan merasakan kebahagiaan jika bersahabat dengan alam ciptaan. Tumbuhkan mentalitas bertanggungjawab. "Jika kita mencintai, maka kita akan dicintai. Jika kita memberi kita akan menerima." Begitu kalimat dari Santo Fransiskus dari Asisi, Santo Pelindung lingkungan hidup.