Pejabat publik yang miskin literasi hanya akan melahirkan kebijakan miskin kualitas. Sebaliknya, pejabat yang rajin membaca---baik buku ilmu, sastra, sejarah, maupun kitab suci---akan memimpin dengan visi, empati, dan keberanian moral. Karena itu, membaca bukan lagi pilihan personal, melainkan kebutuhan politik sekaligus amanah spiritual
Dengan membaca kita bisa menemukan kebodohan kita,' yang berarti membaca bukan hanya memperluas pengetahuan, tetapi juga menyadarkan kita akan keterbatasan diri, sehingga terus belajar menjadi kebutuhan mutlak bagi pejabat publik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI