Sebagai pekerja di Jakarta dengan gaji UMR, saya yakin banyak dari kita yang sering dihantui pertanyaan klasik: lebih baik beli rumah pakai KPR atau sewa saja, ya? Jujur, ini dilema yang bikin pusing tujuh keliling. Di satu sisi, punya rumah sendiri adalah impian. Tapi di sisi lain, cicilan KPR itu... aduh, berat juga.
Nah, kali ini saya mau berbagi sedikit pandangan dan hasil "penelitian" pribadi saya tentang perbandingan antara KPR dan sewa, khusus buat kita yang gajinya masih UMR Jakarta. Semoga artikel ini bisa bantu teman-teman menemukan pencerahan, ya!
Mimpi Punya Rumah vs. Realita Harga Properti di Jakarta
Siapa sih yang nggak pengen punya rumah pertama? Rasanya bangga banget bisa bilang, "Ini rumah saya!" Ditambah lagi, harga properti di Jakarta itu cenderung naik terus. Jadi, kalau sekarang nggak beli, nanti harganya makin nggak terjangkau. Ini argumen utama kenapa banyak yang bilang, "Lebih baik beli sekarang, mumpung masih bisa!"
Tapi, kita harus realistis. Dengan gaji UMR Jakarta (sekitar Rp 5,1 juta per Juli 2025), nabung untuk DP rumah itu butuh waktu yang nggak sebentar. Apalagi kalau mau KPR, bank biasanya minta DP minimal 5-10%. Itu berarti kita harus siapin uang muka sekitar Rp 50 juta sampai Rp 100 juta untuk rumah sederhana seharga Rp 500 juta sampai Rp 1 Miliar. Belum lagi biaya-biaya lain seperti provisi, administrasi, asuransi, dan notaris. Lumayan menguras tabungan, kan?
Lalu, bagaimana dengan cicilannya? Untuk KPR rumah seharga Rp 500 juta dengan tenor 15-20 tahun, cicilannya bisa mencapai Rp 3-4 jutaan per bulan. Artinya, hampir 60-80% gaji kita habis untuk cicilan saja! Ini belum termasuk biaya hidup, transportasi, makan, dan kebutuhan lainnya. Kebayang kan gimana sesaknya?
Baca juga tulisan saya ini:
Percuma Bersih, Tapi Bau
Sewa: Fleksibilitas dan Tanpa Beban Awal yang Berat
Di sisi lain, opsi sewa rumah atau apartemen jadi pilihan yang menarik, terutama buat kita yang masih single atau baru menikah. Keuntungan paling menonjol dari sewa adalah fleksibilitas.