Mohon tunggu...
Septian Dwi Arianto
Septian Dwi Arianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis sekadar mampir

Seorang penulis berambut ikal yang sekadar mampir, lumayan suka mendengarkan musik random, dari Soul sampai Keroncong, pernah jadi Jurnalis waktu SMK, mari berteman di IG :@18septiandwi / @septian.d.arianto, DM yaa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mata Air Kepedihan

3 Agustus 2021   15:06 Diperbarui: 7 Agustus 2021   11:04 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dari pinterest

Apa kau sadari tetes demi tetes tirtaMenyeruak menghirup nyawa untuk pertama kalinya?
Mungkin juga tidak, aku pun tiada menduga hal yang serupa

tetes-tetes itu tiba-tiba menjelma jadi rinai-rinai
Rinai-rinai terbit tinggi-tinggi menjadi mata air sungai
Air sungai berderai-derai lewat kelopak mata dengan lunglai

Ku rela asmaraku begitu
Asal sampai juga ke muara hatimu
Walau menempuh berbagai kuala berliku
Asal aku sampai dibatas perairan payau

Dalam kepayahanku menuju ke dermaga
Air kelopak mata seakan kemarau melanda
Sehingga tak dapatku meleburkan tawa tawarku
Dan bersatu ke dalam asri masinmu

Lukai aku! Pompa air mataku, cintaku!
Agar dapatku rengkuhmu dalam samudera biru
Ikhlasku menahan segenap pilu perbuatanmu
Asal kita sanggup menempuh hidup baru

Septian Dwi Arianto
Blitar, 3 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun