Mungkin juga tidak, aku pun tiada menduga hal yang serupa
tetes-tetes itu tiba-tiba menjelma jadi rinai-rinai
Rinai-rinai terbit tinggi-tinggi menjadi mata air sungai
Air sungai berderai-derai lewat kelopak mata dengan lunglai
Ku rela asmaraku begitu
Asal sampai juga ke muara hatimu
Walau menempuh berbagai kuala berliku
Asal aku sampai dibatas perairan payau
Dalam kepayahanku menuju ke dermaga
Air kelopak mata seakan kemarau melanda
Sehingga tak dapatku meleburkan tawa tawarku
Dan bersatu ke dalam asri masinmu
Lukai aku! Pompa air mataku, cintaku!
Agar dapatku rengkuhmu dalam samudera biru
Ikhlasku menahan segenap pilu perbuatanmu
Asal kita sanggup menempuh hidup baru
Septian Dwi Arianto
Blitar, 3 Juli 2021