dalam kelamnya duka, selalu ada sepasang tangan,
yang menyambut, menghangatkan.
Dia pun manusia biasa,
yang terkadang gelisah lelah.
Namun tak lama, ia tetap mencerahkan rumah
dengan harum masakan dan senyuman di bibirnya.
Semoga di setiap detik berlalu,
aku bisa selalu bersyukur.
Karena kita bisa bersama sebagai manusia.
Wujud nyata dari sang bidadari.
Â
---
Septian Ananggadipa
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!