Mohon tunggu...
SEN TRAL
SEN TRAL Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa universitas khairun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pragmatisme di kampus : Universitas Khairun di persimpangan idealisme

11 Agustus 2025   21:31 Diperbarui: 11 Agustus 2025   21:31 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Fakultas Teknik (Aprianto Lajime)

Ternate --- Siang itu, halaman kampus Universitas Khairun (Unkhair) dipenuhi tenda-tenda bazar. Aroma kopi dan suara musik dari pengeras suara bercampur dengan teriakan mahasiswa yang menawarkan produk. Di salah satu sudut, papan pengumuman Lembaga Kemahasiswaan penuh dengan brosur pelatihan bisnis dan seminar motivasi. Yang jarang terlihat? Poster diskusi isu sosial atau politik yang dulu mewarnai wajah kampus.

"Dulu, setiap minggu ada forum diskusi tentang kebijakan publik, lingkungan, atau sejarah perlawanan rakyat Maluku Utara. Sekarang, kegiatan seperti itu sudah bisa dihitung dengan jari," kata Rian, mahasiswa semester 5 Fakultas Teknik

Fenomena ini diamini oleh Dr. M. Aulia Rahman, dosen Sosiologi Unkhair. Ia menyebut pragmatisme mahasiswa kini semakin menguat. "Orientasi mereka bergeser. Fokus utama adalah menyelesaikan kuliah secepat mungkin, mencari pekerjaan, dan membangun jaringan untuk kepentingan pribadi. Perjuangan kolektif dan keberanian mengkritik kebijakan mulai memudar," ujarnya.

Menurutnya, faktor pendorongnya beragam: tekanan ekonomi keluarga, meningkatnya biaya hidup di Ternate, hingga pengaruh media sosial yang mengagungkan kesuksesan instan. "Jika dulu mahasiswa adalah motor gerakan sosial, sekarang mereka lebih mirip manajer proyek kecil yang sibuk mencari sponsor," tambahnya.

Data internal BEM Unkhair memperkuat pernyataan tersebut: jumlah kegiatan advokasi dan aksi massa turun hampir 60 persen dalam tiga tahun terakhir, sementara kegiatan kewirausahaan dan lomba bisnis meningkat lebih dari dua kali lipat.

Bagi sebagian mahasiswa, sikap ini bukan kemunduran, melainkan strategi bertahan hidup. "Kita tidak bisa terus bicara idealisme kalau perut lapar. Dunia kerja butuh skill praktis, bukan hanya kemampuan berorasi," kata Arman, mahasiswa Fakultas Ekonomi yang aktif di unit usaha kampus.

Namun, pengamat pendidikan tinggi, Fadhila Hapsari, mengingatkan bahaya dari pragmatisme yang terlalu dominan. "Mahasiswa adalah kelompok yang punya energi dan kecerdasan untuk mengawasi kekuasaan. Jika mereka hanya fokus pada kepentingan pribadi, akan ada kekosongan suara kritis di ruang publik," katanya.

Di tengah perubahan ini, sebagian dosen mencoba menyalakan kembali api idealisme. Diskusi kecil tentang krisis iklim dan kebijakan pangan mulai digelar di kantin kampus, meski pesertanya tidak seramai dulu. "Mungkin idealisme memang tidak mati. Ia hanya sedang bersembunyi, menunggu momentum untuk kembali," ujar Dr. Aulia.

Di persimpangan antara tuntutan realitas dan panggilan sejarah, Unkhair kini menghadapi pertanyaan besar: apakah kampus ini akan menjadi ladang pembibitan profesional pragmatis semata, atau tetap melahirkan mahasiswa yang berani mengguncang status quo?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun