Oktober datang perlahan, tidak ramai, tetapi membuat udara terasa berbeda. Angin malam kadang usil, menyelinap di sela jaket, membuat kita menarik resleting lebih tinggi.
Daun-daun yang enggan bertahan di ranting jatuh satu per satu, seperti orang berpamitan tanpa suara. Jalanan sore menjadi agak sepi, namun cahaya oranye yang lembut masih singgah di jendela rumah tetangga.
Oktober itu... semacam jeda. Bukan awal, bukan pula akhir, melainkan ruang kecil untuk bernapas lebih lega. Ada rindu yang datang entah dari mana, dan harapan tipis yang tiba-tiba tumbuh, seperti benih yang menyelip di tanah retak.
Jika diperhatikan, malam Oktober tidak tergesa-gesa. Bulan muncul dengan malu-malu, sementara bintang-bintang seakan membuat janji untuk menemani siapa pun yang merasa sendiri.
Dan di antara semua itu, aku hanya duduk, diam sejenak, lalu berbisik pelan kepada angin: "tolong, biarkan bulan ini tidak cepat berlalu."
Bajawa, 04 Oktober 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI