Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keputusan yang Luhur

7 September 2023   22:28 Diperbarui: 7 September 2023   22:35 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusan/pilihan hidup harus di buat oleh kita, tetapi kebanyakan orang akan membuat keputusan atau pilihan hidup yang hanya untuk kepentingan sendiri, ini suatu keputusan yang mungkin wajar tetapi sama sekali tidak mulia/luhur.  

Kalau kita melihat  keputusan yang di ambil oleh Rut dalam Rut pasal 1 untuk mengikuti Naomi maka ini suatu keputusan yang luhur, karena walaupun mereka (Orpa dan Rut) bersikeras untuk mengikuti Naomi tetapi pada waktu Naomi mengemukakan pendapatnya, maka orang yang berpikir tentang masa depan dirinya dengan rasio yang matang pasti akan mundur.

Naomi mengatakan : Pulanglah, anak-anakku, pergilah, sebab sudah terlalu tua aku untuk bersuami. Seandainya pikirku: Ada harapan bagiku, dan sekalipun malam ini aku bersuami, bahkan sekalipun aku masih melahirkan anak laki-laki,  masakan kamu menanti sampai mereka dewasa? Masakan karena itu kamu harus menahan diri dan tidak bersuami? Janganlah kiranya demikian, anak-anakku. 

Memang dalam pernikahan orang Isreal berlaku hukum levirate (levir :ipar) yang mengatakan kalau suami mati, maka saudara laki-laki dari suami yang mati harus menikahi iparnya, dengan tujuan mendapatkan keturunan tapi bukan untuk dirinya tetapi untuk saudarannya yang sudah mati.

(ingat kasus Onan dalam Kej 38:8-10) Tapi Naomi sadar itu tidak mungkin terjadi, karena dirinya sudah tua, tidak mungkin lagi ia melahirkan anak laki-laki untuk Orpa dan Rut, maka dia minta mereka pulang. Dengan kata lain masa depan mereka itu masih bisa cerah kalau mereka tidak mengikuti Naomi. Masa depan mereka itu masih cerah kalau mereka menikah dengan orang lain... dan Naomi rela akan hal itu.


Akhirnya orpa tidak jadi pergi bersama Naomi tetapi anehnya Rut tidak mau pergi, padahal sama-sama masih muda dan hidupnya masih panjang, Rut tetap bersikeras untuk mengikuti Naomi, bahkan Rut mengatakan  :

Janganlah desak aku meninggalkan engkau ... sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, ... Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"

Wah ini luar biasa : Rut tidak mau meninggalkan Naomi, Rut tetap mau pergi bersama Naomi, sampai pada kematiannya.

Kalau kita melihat keputusan Rut ini, maka ini adalah suatu keputusan yang sangat luhur, ini pilihan yang mulia karena bisa di katakan Rut tidak lagi berpikir tentang masa depan dirinya, tetapi yang paling penting menolong Naomi dalam masa tuanya, dia ingin mengabdi kepada Naomi tanpa melihat keuntungan dirinya.

Jelas mengabdi/menolong Naomi dalam masa tuanya itu adalah suatu keputusan yang menghancurkan hidupnya, karena ia tidak akan menikah padahal masih muda, tidak akan punya keturunan, padahal masih muda dan tidak akan memiliki anak-anak yang bisa menolong dia pada masa tuanya. Tapi itulah pilihannya. Ini pilihan yang luhur sekali.

Kalau  saat ini orang mengambil keputusan/pilihan maka dirinya yang menjadi pertimbangan utama, kepentingannya yang di dahulukan tetapi Rut dalam mengambil keputusan/pilihan bukan dirinya yang utama tetapi  Naomi  dan itu bisa menutup kebahagiaannya.

Orang kalau lulus kerja walaupun di seberang pulau, mungkin sabu, Alor atau propinsi yang lain dia akan tetap pergi, walaupun mungkin meninggalkan tunanagannya disini, meninggalkan orang tuanya yang sudah tua, dia tetap pergi walaupun dengan berat hati.

Mungkin orang tuanya katakan :  Nak...papa dan mama sudah sangat tua, carilah kerja di sini saja, jangan pergi jauh-jauh kasian papa dana mama kalau sakit siapa yang lihat nanti.

Mungkin dia akan katakan : Tapi papa dan mamanya juga harus pahami beta, bagamaimana masa depan beta kalau tidak kerja, ini pekerjaan yang bagus, ini PNS kalau beta tidak kerja, lalu beta kerja apa ?

Mungkin keputusan tersebut tidak selamanya salah, tetapi keputusan tersebut bukanlah suatu keputusan yang sangat luhur karena tetap dirinya yang utama bukan orang lain, bahkan  ada juga orang yang walaupun tunangannya itu jauh di mata, orang tuanya tidak setuju tetapi dia tetap nekat untuk pergi dan menikah dengan pacarnya, karena dia sadar orang itulah yang bisa membahagiakan dia, itulah masa depannya.

Mungkin dia akan katakan : papa dan mama tidak setuju, saya tetap akan pergi, karena saya yakin dialah yang bisa membahagiakan saya, saya yakin dialah masa depan saya , tanpa dia, saya hanyalah butiran debu (aku tanpamu butiran debu).

Jadi kita melihat banyak orang mengambil keputusan maka dirinya yang menjadi pertimbangan utama, kepentingan dirinya di dahulukan hanya sedikit orang yang dalam mengambil keputusan/pilihan bukan dirinya yang utama. Dan pernahkah bpk/ibu  mengambil keputusan yang seperti demikian.

Saya ingat pak Stephen Tong, pernah cerita pada waktu dia di undang untuk pelayanan di suatu daerah terpencil di Australia, dia kaget karena yang menjemput dia seorang prof di salah satu universitas ternama yang meninggalkan jabatannya dan pergi melayani di daerah itu.

Dia jemput dengan sepeda oleh prof itu,  ia mandi di sungai, untuk pergi melayani, ia harus berjalan kaki cukup jauh, dia sangat kagum dengan prof tersebut dan  sampai di hutan ia beristirahat dan merenungkan akan hal itu akhirnya ia menulis suatu lagu yang sangat terkenal, kemana saja ku telah sedia,... dalam kota besar atau dalam rimba jiwa sangat berharga dimata-Mu.

Saya juga ingat ade pelayanan pada waktu dia selesai kuliah dia punya beban untuk menolong salah satu SMP di desa yang sangat terbelakang, tetapi bapak/ibu tahu yang namanya guru honor saat itu  hanya 250 ribu/bulan, dan dia lakukan itu selama 1 tahun.

Lalu dia datang kepada saya dan katakan saya tidak bisa hidup kalau dengan kondisi seperti ini, sy tidak bisa menjawab akhirnya di mengajar di sekolah suatu sekolah, tetapi gerakan Tuhan untuk kembali ke desa sangat besar akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke sekolah tersebut dan lakukan privat untuk membiayai hidupnya.

Ini adalah keputusan-keputusan yang sangat luhur di mana orang tidak berpikir tentang keuntungan dirinya tetapi keuntungan orang lain, mereka rela meninggalkan kesenangan mereka dan mau membantu akan orang-orang yang sangat membutuhkan.

Flp 2:3-4 : Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Firman Tuhan jelas mengatakan kalau hanya mencari kepentingan sendiri itu adalah suatu puji-pujian yang sia-sia, yang berkenan kepada Allah adalah menganggap orang lain lebih utama dari pada diri kita sendiri. Dan Pernah kah bpk/ibu hidup seperti itu.

Jadi ujialah setiap keputusan/pilihan yang kita ambil, apakah keputusan itu hanya semata untuk keuntungan diri kita ataukah keputusan tersebut untuk menolong orang lain. Kalau bapak/ibu hanya bekerja untuk uang, untuk kepentingan sendiri bukan untuk orang lain maka bapak/ibu tidak akan menolong oran lain, sepertinya menolong tetapi tidak karena tujuannya untuk uang bukan untuk menolong orang lain. Makanya kalau ada pekerjaan yg berhubungan dengan uang akan cepat bekerja.

Terkadang dalam pernikahan orang punya konsep yang salah. Kalau di tanya : kenapa menikah : Maka banyak orang menjawab untuk mendapatkan kebahagiaan. Itu kepentingan sendiri.

Kalau saudara mencari kebahagiaan berarti dirimu yang utama, dan saudara ingin pasangan saudara melakukan segala sesuatu untuk membahagiakan saudara, tetapi menikah bukan mencari kebahagiaan tetapi memberikan kebahagiaan (pasanganmu yang utama), maka pada waktu suami-istri punya pandangan yang demikian maka mereka akan bahagia.

Jadi buatlah keputusan-keputusan dalam hidup kita dengan tujuan yang luhur yaitu : untuk menolong orang lain, kepentingan orang lain dan beriman bahwa Tuhan akan menolong kita karena kita mau hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Selanjutnya kalau bpk/ibu membuat suatu keputusan di mana bukan diri yang utama tetapi orang lain yang utama maka bpk,ibu hanya bisa membuat keputusan/pilihan itu berdasarkan cinta, karena bpk,ibu akan berkorban. Tetapi dengan cinta maka pengorbanan itu tidak akan terasa.

Karena Rut mengambil keputusan mengikuti Naomi, maka berdasarkan perkataannya minimal ia akan berkorban tiga hal, yaitu :

a. Bangsamulah, Bangsaku. Rut harus meninggalkan bangsanya dia harus menjadi orang asing di negeri kanaan

b. Allahmulah. Allahku. Dia harus meninggalkan dewa-dewa orang Moab yang disembahnya selama ini dan menyembah Allah Israel

c. Kemana Engkau pergi kesitu jugalah aku pergi. Berarti Naomi akan menjadi tanggungan  bagi Dia. Karena pasti sebagai seorang anak dialah yang harus bekerja untuk kebutuhan mereka berdua, maka ia menguburkan masa depannya yang cerah.

Ini pengorbanan yang tidak menyenangkan dalam konteks Rut pada saat itu, karena siapa yang mau meninggalkan daerah dan Allahnya untuk pergi mengabdi kepada wanita tua sehingga tidak ada masa depan yang cerah. Siapa yang mau ?

Maka jelas Rut mau menolong Naomi bukan hanya sebagai mantu maka harus taat kepada mertua tetapi karena dia mencintai Naomi. Naomi mendesak dia untuk tidak mengikutinya, tapi ia tetap mati-matian untuk mengikutinya, karena mencintai Naomi. Karena dia mencintai Naomi di rela berkorban termasuk masa depan dirinya.

Jadi karena cinta maka kita akan berkorban, dan kalau kita berkorban karena cinta maka pengorbanan itu tidak akan terasa. Dalam pasal-pasal selanjutnya Rut tidak pernah menyesal keputusan yang dia ambil dan dia melaksanakan perannya dengan baik, karena semuanya itu di kerjakan  berdasarkan cinta.

Ini berbeda dengan bangsa Isarel.  Keluar dari Mesir mengikuti Tuhan bukan berdasarkan cinta Tuhan, sepertinya di paksa Musa sehingga akhirnya tidak mau berkorban dan selalu menyesal terhadap keputusan tersebut.

Maka kalau bpk/ibu membuat keputusan berdasarkan cinta, maka bpk/ibu mau berkorban, itulah konsekuensinya dan kalau bpk/ibu melaksankan pengorbanan itu berdasarkan cinta maka  pengorbanan itu tidak akan terasa.

Maka pertanyaannya : Apakah bpk,ibu bekerja selama  ini hanya untuk mencari uang ataukah karena cinta. Kalau bpk/ibu bekerja hanya untuk mencari uang maka bpk/ibu tidak akan berkorban, Bpk/ibu bekerja hanya berdasarkan aturan kantor, jam kerja yang di sepakati dan bpk/ibu melakukan itu tidak dengan sukacita karena bukan berdasarkan cinta. Bpk/ibu tidak akan memberikan waktu atau tenaga lebih.

Maka pada waktu ada pekerjaan tambahan yang tidak ada uangnya walaupun penting, bpk/ibu  tidak akan membantu, karena bpk/ibu bekerja bukan berdasarkan cinta. Tetapi kalau bpk/ibu bekerja berdasarkan cinta pada pekerjaan ini maka bpk/ibu akan maka bpk/ibu akan memberikan yang terbaik.

Maka ujilah pekerjaanmu, apakah bpk/ibu sungguh-sungguh bekerja karena mencintai pekerjaan ini atau hanya untuk mencari uang.

Hal ini nampak dalam kehidupan seseorang  yang berkarya sebagai dokter di salah satu Puskesmas. Pernah suatu kali stok obat Puskesmas habis, apa yang dilakukannya ?  Ia memanggil dan mengajak semua perawatnya bersama-sama mengeluarkan sedikit uang pribadi untuk membeli sedikit obat agar bisa menolong pasien yang datang, dan saya sangat tahu dia melakukan hal ini karena dia sungguh mengasihi Tuhan. Karena meminta obat pada dinas butuh prosedur dan waktu, padahal ada saatnya kondisi darurat.

 Orang yang bekerja berdasarkan cinta maka ia akan berkorban demi pekerjaan dan mencari solusi yang terbaik, tetapi orang yang bekerja hanya untuk mencari uang maka ia akan cuek/tidak peduli terhadap kondisi yang ada.

           

Akhirnya keputusan/pilihan hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah untuk kepentingan orang lain bukan kepentingan kita dan kita hanya bisa melakukan itu karena cinta pada Tuhan dan sesama sehingga kita akan rela berkorban dalam menjalaninya. Kalau saudara melakukan hal  itu maka saudara berkenan kepada Tuhan tetapi kalau saudara tidak melakukannya maka mungkin saudara akan mendapatkan uang yang banyak tetapi tidak berkenan kepada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun