Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sumpah Cinta (tak) Ternoda

30 Januari 2016   01:28 Diperbarui: 30 Januari 2016   02:24 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu muda mama menjalin cinta dengan seorang pemuda yang tinggal dekat saudara mama. Waktu itu mama kerja di sebuah pabrik textil dan tinggal di rumah salah seorang tantenya. Mama dan pemuda itu yang belakangan aku tahu namanya Vikar saling mencintai satu sama lain. Jalinan cinta itu ternyata sangat memabukkan jiwa, hingga pada satu saat mereka melakukan hubungan layaknya suami istri.

***

Pada satu hari sebelum Vikar berangkat merantau, dia menemui orang tua Mama, untuk menegaskan bahwa dia memang serius akan menikahi mama. Namun Vikar meminta ijin akan merantau dulu, mencari kerja agar nanti punya bekal sebelum menikahi mama.

Hari berlalu, berganti bulan, rupanya benih yang disemai Vikar telah tumbuh subur di rahim mama. Dan itu menjadikan mama kalut pastinya. Kegundahan mama bukan karena bayi yang kini bersemayam damai di perutnya, melainkan keberadaan Vikar yang hingga 4 bulan berlalu tak juga ada kabarnya, sementara orang tua mama selalu menanyakan keberadaan Vikar.

Mama mendapat tekanan dari pihak keluarga yang merasa kehamilannya adalah aib. Karena tidak tahan dengan tekanan yang luar biasa itu, akhirnya mama memilih pindah ke kota lain. Dan hingga kelahiran si jabang bayi, Vikar tak menjumpainya dan bahkan tidak diketahui keberadaannya. Itu yang membuat mama frustasi. Mama gembira bisa melahirkan bayi buah cintanya pada Vikar, namun sekaligus sedih karena Vikar tak kunjung datang untuk menemuinya.

Dari rasa frustasi antara rasa cinta, rindu dan gusar karena pengharapan pada Vikarlah menyebabkan mama bersumpah tak ingin lagi mengenang semua yang berhubungan dengan Vikar. Parahnya sumpah itu dia katakan sesaat sebelum si jabang bayi itu lahir. Dan mama meyakini bahwa sumpah itu di aamiinkan oleh Tuhan karena sebelumnya selama 12 jam dia bertaruh nyawa demi kelahiran si jabang bayi yang kemudian dia namai, Rendi Kusuma. Akulah Rendi Kusuma itu, anak semata wayang mama dari hubungan cintanya dengan pemuda bernama Vikar, ayahku.

Dan cerita mama di pohon karet itu ditutup dengan ucapan mama yang sampai saat ini selalu terngiang-ngiang di kepalaku "Mama minta maaf atas masa lalu ya mas?. Sekarang terserah pada mas, apakah mau mencari keberadaan ayahmu, atau tidak, yang jelas kalau mama sendiri tidak akan mencarinya, karena dalam sumpah mama dulu pun mama tak ingin tahu kehidupannya, meski hingga saat ini, mama masih menyimpan cintanya."

Yah memang betul kalau mama masih mempertahankan cinta Vikar, karena aku tahu tidak sedikti laki-laki yang ingin meminang mama, tapi selalu ditolaknya.
Dan mama telah memberikan petunjuk yang cukup jelas tentang keberadaan Ayahku, namun aku masih ragu, apakah aku harus mencarinya, atau  akan diam dan membiarkan sebuah rahasia terlewat begitu saja seperti mama?. Karena aku yakin Vikar atau ayahku itu tidak tahu bahwa dia mempunyai buah hati dari perbuatan cintanya di masa lalu.

***

Pemakaman mama baru saja selesai, aku masih menatap gundukan yang hampir tak terlihat tanahnya karena bertabur bunga melati dan mawar kesukaan mama. Ingatanku melayang saat aku masih kecil, betapa mama sangat menyayangiku, dan dia rela berkorban apapun asal aku bahagia. Di mataku mama adalah wanita dan ibu yang hebat. Dia berjuang seorang diri agar aku bisa hidup selayaknya dan sekolah seperti yang lainnya. Mama adalah ibu yang gigih, pantang menyerah namun juga penuh kasih sayang.

Tapi rupanya dibalik kegigihannya menghadapi kehidupan, mama menyimpan sebuah rahasia yang tak ingin aku ketahui. Selama hidup hingga sebulan yang lalu saat mama mengajakku ke kebun karet itu, mama menjaga kerahasiaan keberadaan ayahku bukan karena mama malu dengan kisah masa mudanya yang kelam, namun lebih dari itu, karena sebuah sumpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun