Tidak berhenti sampai di makanan. Kebutuhannya yang lain pun langsung tersedia, asal dengan pinta saja.Â
Entah bagaimana caranya, pasti terpenuhi. Wah, ini yang mereka bilang sosok malaikat baik yang dikirim Tuhan untuk menyayangi, melindungi, dan mencukupi.Â
Entah akan bertemu sosok yang tulus sepertinya lagi ataukah tidak. Hanya Tuhan yang tahu.Â
Pakaian seragam kusut, basah keringat, penuh noda tanah lumpur setiap pulang sekolah.
Disambut dengan omelan dan marah-marahnya. Padahal baru juga tiba di rumah. Perutku lapar. Nanti saja dimarahi setelah makan karena butuh banyak tenaga hanya untuk mendengar omelannya.Â
30 menit mengomel dan selesai sudah. Secepat itu ledakan emosinya mereda.Â
Wangi dari arah dapur menyelimuti seisi rumah. Aroma khas yang tidak bisa ditemukan dimanapun. Â
"Nak... ayo makan", suara khas yang hanya dia yang mampu mengatakannya. Suara yang saat itu tidak disadari bahwa akan dirindukan suatu hari nanti. Â
Sampul buku yang sobek diganti baru. Buku tulis yang hampir penuh digabung dengan yang baru.Â
Pakaian seragam, sepatu, tas, atribut sekolah selalu bersih kinclong. Tak pernah sekalipun meragukan kekuatannya.Â
Apalagi saat mencari barang tugas dari sekolah yang harus dibawa besok dan baru diberitahu sore atau malam sehari sebelumnya.Â