Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Sulit Menghadapi Perpisahan

30 Juni 2023   20:55 Diperbarui: 1 Juli 2023   23:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Kampus Production: pexels.com

Separation anxiety pada anak terjadi karena pikiran dan perasaannya terhadap perpisahan dengan figur lekatnya seperti sesuatu yang buruk akan terjadi kepada dirinya sendiri atau orang yang disayanginya. Problematika perasaan tersebut tidak bisa diungkapkan oleh anak secara langsung. Oleh karena itu, anak yang sedang berada dalam fase ini cenderung bersikeras tidak mau ditinggal oleh figur lekatnya.

Separation anxiety merupakan hal yang normal dalam masa pertumbuhan dan biasanya terjadi pada anak usia 18 bulan sampai dengan kira-kira 3 tahun. Meskipun normal, namun tetap ada penilaian khusus sebelum mendiagnosis anak anda mengalami separation anxiety. 

Perlu dipahami bahwa anak merasa cemas dan takut adalah hal yang normal selama kadarnya tidak berlebihan. Maksudnya, jika anak anda merasakan kecemasan dan ketakutan berlebihan selama lebih dari 3 minggu, maka anda perlu mempertimbangkan untuk bertemu dengan tenaga profesional. Ditambah dengan munculnya gangguan sakit fisik yang terus-menerus terjadi merupakan gejala lain yang butuh perhatian khusus. 

Sama seperti gangguan kesehatan lain, separation anxiety disebabkan oleh faktor biologis dan lingkungan. Pengaruh gen dari orangtua yang terpapar gangguan kecemasan turut memengaruhi kepada perkembangan emosi anak yang cenderung mengalami separation anxiety. Kondisi biologis lain yang memengaruhi yaitu pengaruh kadar hormon emosi yang tidak seimbang seperti serotonin. 

Disisi lain pengaruh lingkungan memainkan peranan penting. Anak layaknya mesin fotokopi mampu meniru dan menyimpan perilaku orang dewasa di sekitanya. Jika anak dikelilingi oleh  perilaku orang dewasa yang menunjukkan emosi takut dan khawatir berlebihan, maka secara tidak sadar ia pun akan mengikuti perilaku yang sama. Selain itu, pengalaman traumatik juga dapat menimbulkan separation anxiety.

Perpisahan Orangtua-Anak dalam perspektif lain

Perpisahan disini bukan dalam arti yang sebenarnya. Melainkan dalam masa pertumbuhan, anak mengalami masa transisi sesuai tahap perkembangan. Hal ini berarti terdapat tugas-tugas perkembangan yang dijalani olehnya dalam aspek kognitif dan sosial emosional. 


Menikmati setiap tahap perkembangan, anak menyukai kegiatan eksplorasi lingkungan sehingga sering mencoba banyak hal baru yang ia temui entah itu manusia maupun lingkungan lain. Anak akan belajar menemukan koneksi atau hubungan selain dari orangtua. Misalnya, hubungan pertemanan atau dengan dirinya sendiri yang lebih luas dan mendalam. 

Orangtua mengalami masa-masa sulit karena pola hubungan, komunikasi, dan gaya pengasuhan turut berubah mengikuti perkembangan anak.

Akibatnya, orangtua mengalami dilema antara ingin melindungi anak atau membiarkan mereka melakukan kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Mulai usia 5 tahun, anak sudah mampu menyampaikan pendapat pikiran dan perasaannya sendiri, sehingga ia mulai membantah dan berkonflik pendapat dengan orangtua. 

Anak anda mulai menampilkan sisi independen dan peran anda berubah menjadi penasihat. Tentu kecepatan anak berbeda-beda dalam menentukan otoritas atas dirinya sendiri. Hingga saat itu tiba orangtua tetap menjadi kunci penting dalam memberikan pengawasan yang diperlukan oleh anak. 

Dalam kaitannya dengan separation anxiety, pengasuhan orangtua yang otoriter tidak disarankan untuk anak yang mengalami atau menunjukkan gejala separation anxiety. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun