Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bangkit Bersama Menuju Ekosistem Sehat Ekonomi Digital ASEAN Melalui Literasi Digital

14 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 14 Juni 2023   14:58 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdnwpedutorenews.gramedia.net/wp-content/uploads/2022/02/23081009/image007-15.png

Mengutip tema dari KTT G20 yaitu Recover Together, Recover Stronger mencerminkan masa depan perekonomian ASEAN yang bangkit dan bertumbuh bersama dalam harmoni. Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara kawasan lainnya terus berupaya mengembangkan sistem perekonomian yang aman untuk mensejahterahkan masyarakat ASEAN. Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 menggunakan perannya dengan mendorong akselerasi digital pembayaran dengan metode QRIS bersama dengan empat anggota negara ASEAN lain yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina. 

Digital pembayaran yang dikenal dengan nama Sistem Pembayaran ASEAN bertujuan untuk mendorong konektifitas dan integrasi pembayaran sekaligus mengembangkan inklusifitas layanan transaksi keuangan dan dagang di negara kawasan dengan meminimalisir nilai tukar mata uang. Terobosan sistem pembayaran ASEAN menandakan pergerakan Indonesia dan negara kawasan ASEAN sebagai upaya pemulihan dan kebangkitan sistem perekonomian ASEAN menuju era digital 4.0. 

Mendukung program Bank Indonesia dan Pemerintah untuk merealisasikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia diperlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Faktor krusial untuk menunjang kemajuan serta turut mensukseskan transformasi ekonomi digital adalah meningkatkan kemampuan literasi digital. 

Menurut Giannikas (2020) literasi digital adalah sekumpulan keterampilan kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan refleksi yang dibutuhkan dalam penggunaan media digital.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi digital berkaitan dengan sikap dan cara berpikir masyarakat dalam dunia digital. Tingkat literasi digital masyarakat dapat dilihat dari pola perilaku masyarakat saat berinteraksi melalui sosial media, online shop, aplikasi messenger, situs web lain, dan lingkungan internet secara umum. 

Berdasarkan data Survei Global World Digital Competitiveness Index oleh Institute Management Development (IMD), literasi digital Indonesia meningkat 3.54 poin lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Namun, jika dibandingkan dengan negara di kawasan, Indonesia adalah yang terendah. 

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan literasi digital di Indonesia dengan berpedoman pada 4 aspek penting yaitu Kecakapan Digital, Etika Digital, Keamanan Digital, dan Budaya Digital. Program Pemerintah yaitu Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang berangsur-angsur menunjukkan keberhasilan dengan meningkatnya nilai index digital. Disisi lain, program yang sama sejatinya juga perlu diberlakukan pada level pendidikan formal guna meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya keamanan khususnya dalam bersosial media. 

Generasi muda masih lebih mampu cepat memelajari literasi digital karena mereka hidup di masa teknologi sudah serba canggih sehingga memudahkan mereka beradaptasi. Namun, untuk generasi usia matang  yang sekarang sudah masuk ke usia produktif bekerja, rentan dituntut memelajari ulang teknologi-teknologi tersebut. Contoh sederhana, memelajari aturan syarat dan ketentuan menjadi seller atau reseller online shop, membeli tiket konser dari situs website, atau yang lebih ekstrim tergoda dalam investasi saham berbasis online. Semua aktivitas tersebut terkait dengan data dan privasi sehingga tingkat ancaman risiko terjadinya penipuan lebih tinggi dibandingkan transaksi manual bertatapan muka. 

Diibaratkan waktu kecil kita belajar membaca huruf, di era digital sekarang kita mulai lagi belajar membaca dengan hati-hati peluang dan ancaman yang ada di internet termasuk cara berkomunikasi online, menerima informasi online, hingga menyajikan konten digital seperti advertising. Pertumbuhan penggunaan digital oleh masyarakat kita yang melaju tinggi nyatanya tidak sebanding dengan keterampilan SDM dalam memanfaatkannya. Hal ini tentu menjadi masalah karena berbanding terbalik dengan kesiapan sistem perekonomian digital yang telah dicanangkan oleh Bank Indonesia dan pemerintah negara-negara kawasan. Akselerasi sistem pembayaran ASEAN yang merupakan awal dari transformasi Indonesia dan negara kawasan menuju ekonomi digital perlu dibarengi dengan akselerasi literasi digital masyarakat. 

Menurut saya, keamanan dan keselamatan berinteraksi dalam dunia digital tidak hanya menjadi tanggungjawab Bank Indonesia dan Pemerintah sebagai penyelenggara sistem pembayaran digital yang memudahkan konektivitas pembayaran di ASEAN. Melainkan kesadaran masyarakat untuk tetap mawas diri dan membekali diri dengan memperbarui pengetahuan baru sangatlah krusial.  Oleh karenanya, untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang kondusif dan inklusif, masyarakat berperan penting sebagai kunci pertumbuhan ekonomi ASEAN dengan SDM yang berkualitas. Berikut ini adalah skema berpikir dalam literasi digital :

  1. Mengakses Informasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun