Ganjar begitu cepat meredakan api yang dipercikkan oleh Bambang Pacul. Lantang disebut kemajon, keminter hingga mblandang, Ganjar menghadapinya dengan tenang. Ganjar tak lantas memanfaatkan momen untuk berkoar tentang pencapresan.
Ganjar terus fokus di Jateng dan menunjukkan pada publik bahwa dirinya masih konsentrasi menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur. Bahkan berulangkali ditodong pertanyaan awak media soal pencapresan, Ganjar tak lantas tinggi hati. Kalau tidak ngacir, ya dijawab sedang fokus ngurus Corona. Wah..
Malah, dukungan tulus mengalir dari simpatisannya di seluruh penjuru nusantara. Setidaknya itu yang saya perhatikan dari media sosial dan media mainstream.
Dukungan mengalir dari berbagai sudut, Ganjar santai saja dan tetap tak pernah absen mengunjungi satu persatu daerahnya yang kini dinyatakan zona merah.
Coba cek berita, Ganjar bolak-balik mendatangi Kudus dan sekitarnya, Tegal dan sekitarnya. Ganjar seperti sedang memposisikan diri sebagai bapak, datang menengok anak-anaknya.
"Bagaimana kondisinya? Seperti apa penanganannya? Apakah masih mampu sendiri? Perlu bapak bantu? Jangan sungkan minta bantuan ke bapak kalau kesulitan ya" kira-kira begitu imajinasi saya saat membayangkan Ganjar sedang mendatangi daerah-daerahnya.
Hari ini pun Gubernur berambut putih itu berkunjung ke Karanganyar, untuk meletakkan batu pertama pembangunan SMA Tawangmangu. Di tanah kelahirannya. Investasi jangka panjang, untuk pendidikan.
Sementara Anies, DKI Jakarta bagaimana itu? Saya heran, kenapa Anies begitu silau dengan jabatan Presiden? Sementara memimpin satu wilayah saja tidak becus. Bahkan kalau ditarik ke belakang, menjadi Menteri saja dia digantikan.
Dia belum bisa meninggalkan ego politiknya demi kemanusiaan. Di atas kertas boleh saja dia pandai. Tapi kemampuan dalam kepemimpinannya, abu-abu. Satu yang pasti, kinerjanya tak jelas.
Terlihat kan perbedaannya? Ganjar anteng saja di Jateng untuk ngurusin COVID-19. Sementara Anies, bahkan Ridwan Kamil, terus saja bermanuver ke sana kemari membikin gimmick politik.
Jadi pilih mana? Ambisius tapi tak becus atau yang nyata kerjanya?