Mohon tunggu...
selichaplin
selichaplin Mohon Tunggu... Freelancer - panjang umur perjuangan

belajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Park Mu-jin, Designated Survivor, dan Ganjar Pranowo

4 Juni 2021   09:24 Diperbarui: 4 Juni 2021   09:26 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok Ganjar Pranowo mengingatkan pada tokoh fiksi Park Mu-jin yang diperankan oleh Ji Jin-hee, dalam serial Drama Korea berjudul Designated Survivor: 60 days. Park Mu-jin digambarkan sebagai sosok yang tidak memiliki ambisi, kepercayaan diri, atau politik sebagai politisi.

Di episod terakhir drakor tersebut, Park Mu-jin yang mestinya mengundurkan diri dari jabatan Presiden ad Interim sekaligus mengumumkan pencalonan dirinya sebagai Capres, justru memilih mundur dari pencalonan presiden dan melanjutkan masa tugasnya yang tersisa 40 hari.

Padahal saat itu, tingkat kepuasan rakyat Korea Selatan terhadap kepemimpinannya cukup tinggi dibanding Capres-capres lain dari partai mayoritas. Itu semua, hasil dari kepemimpinan tanpa beban politik, penuh kejujuran, serta penyelesaian masalah dengan cara tak terduga.

Sekilas pandang mirip, ya? Bedanya, karakter kepimpinan Ganjar tak bisa dipandang sebelah mata. Pun soal karir kepolitikannya.

Catatan wikipedia menuliskan kiprah politik Ganjar yang benar-benar dimulai dari nol. Ganjar telah berpartai sejak masih jadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada. Meski awalnya pulung, di DPR RI, Ganjar membuktikan diri sebagai kader berpotensi dan menjabat posisi-posisi penting yang kini membuatnya ulung dalam melaksanakan jabatan eksekutifnya.

"36 juta penduduk Jawa Tengah, saya ke Cilacap dulu 7 jam. Ya sekarang dengan adanya tol 4 jam. Dengan tujuh jam saya bagaimana mengendalikan masyarakat, kalau tidak menggunakan teknologi informasi? Maka medsos itu sebenarnya tempat bekerja saya. Cara bekerja dan tempat bekerja,"

Kalimat tersebut diucapkan Ganjar kala berbincang dengan wartawan senior Kompas, Budiman Tanuredjo. Kalimat ini rasa-rasanya cukup masuk akal ketika membayangkan seorang Ganjar Pranowo, kemudian dikenal merakyat. Dekat dengan warganya. Ganjar meruntuhkan rumitnya birokrasi-jauhnya jarak antara rakyat dan pemerintah- dengan sejengkalan jari.

Masyarakat saat ini tidak butuh lip service. Masyarakat saat ini, butuh kerja nyata. Persoalan yang bisa segera ditanggapi, tak mesti langsung ditangani, minimal dapat respon cepat. Bonusnya adalah ketika persoalan yang mereka hadapi atau dilaporkan itu diselesaikan. Gambaran itu setidaknya saya lihat di Jawa Tengah, kandang banteng yang dinahkodai Ganjar.

Ganjar sosok pemimpin milenial. Ganjar menyadari, masyarakat saat ini betah berlama-lama menatap layar gawainya. Dia paham betul bahwa media sosial adalah tempat berinteraksi tanpa sekat. Media sosial, adalah media silaturahmi masa kini. Media sosial, adalah alternatif masyarakat yang jengah atau lebih halusnya, bosan pada media mainstream. Barangkali itu yang kemudian jadi alasan Ganjar menyebut medsos adalah tempat bekerjanya.

Di beberapa kesempatan, Ganjar sering mengatakan bahwa dirinya selalu menyempatkan waktu untuk membuka akun medsosnya. Dengan kegiatan yang sedemikian padat, jika dipikirkan rasanya tidak mungkin.

Ganjar membeberkan triknya. Dia mengaku memanfaatkan momen-momen senggangnya seperti dalam perjalanan roadshow, malam menjelang tidurnya, dan sebagainya untuk sekadar menengok keluhan dari warganya. Tentu itu tidak akan terjadi jika tak benar-benar 'nawaitu peduli' pada warganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun