Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Melodi Hujan

26 Februari 2020   09:00 Diperbarui: 26 Februari 2020   09:01 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.sciencemag.org/

Apa yang akan kita dapat dari hujan? Tidak ada. Hanya gigil dan kuyup. Mungkin juga aroma tanah basah pada awalnya. Menyenangkan, tetapi terlalu lekas berlalu. Menyenangkan, tetapi tidak cukup menghalau sesuatu yang tak ingin kurasakan. Menyenangkan, tetapi tidak mampu mempertahankan senyum di wajahku.

Lalu, kamu datang mengacaukan pikiranku soal hujan.

Katamu, "Gigil? Pakailah jaket berlapis-lapis. Kuyup? Ya, jangan keluar rumah, Moy!"

Ingin sekali kubekap mulutmu itu, Ru, tetapi yang kaukatakan itu memang benar adanya. Aku terlalu ingin menikmati hujan hingga tak sadar sudah berada di halaman hingga aku perlu menenggak bergelas-gelas teh jahe untuk membuat tubuhku kembali normal.

Katamu, "Ada hal lain yang bisa kita lakukan saat hujan, Moy."

Ya, oke, aku tahu semua rumusnya. Kita bisa membaca buku, memasak mi instan dengan kuah pedas, mencuci baju, membersihkan loteng, memberi makan kucing-kucing tetangga yang entah mengapa lebih suka berteduh di tempat kita daripada di rumah tuannya sendiri, menata ulang kepingan cakram film, atau sesederhana tidur demi kecantikan.

Katamu, "Itu rumus kuno, Moy."

"Baiklah, lalu apa saranmu, Ru?"

Kamu mendekat dengan kecepatan cahaya, lalu menangkup wajahku dengan kehati-hatian super.

Ini entah kali keberapa aku bisa melihat warna matamu yang unik itu, Ru. Tidak hitam, tidak juga cokelat, tetapi tetap hangat... dan teduh. Mata yang tak pernah lelah melihat tingkahku yang mungkin amat menyebalkan bagi sebagian besar orang, mata yang selalu mencari hal baik dari diri yang hina ini, mata yang kerap menunjukkan keindahan tersembunyi bahkan dari seonggok dedaunan kering yang bertumpuk di sudut taman kota.

"Dengarkan suara hujan di luar, Moy..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun