Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hati-hati Memakai "Setting" Waktu dalam Naskahmu

16 November 2018   22:24 Diperbarui: 18 November 2018   10:35 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misal, macet parah belasan kilometer sehingga bus tiba di kota tujuan ketika matahari sudah berada di puncak kepala, dan si tokoh tidak kebagian nasi rawon. Padahal, nasi rawon itu merupakan pembangkit semangatnya ketika harus bertemu dengan kerabat yang nasibnya kurang beruntung. Tidak ada nasi rawon, tidak ada tambahan semangat, membuatnya memandang segala sesuatu dengan sedikit berbeda.

Misal lagi, bus tersebut mengalami kecelakaan. Tidak parah, tetapi membuat semua penumpang harus dialihkan ke armada lain, sementara bus tersebut harus dibawa ke kantor polisi. Di bus pengganti, ternyata si tokoh bertemu dengan orang baru, lawan jenis, dan mereka terlibat percakapan. Lalu, jreeenggg, di imajinasi kalian terdengar musik latar lagu berjudul Sephia milik Sheila on 7.

Yang perlu diperhatikan juga adalah suasana selama perjalanan dengan bus malam tersebut.

Apakah si tokoh lebih sering terlelap? Kalau tidak, apa yang ia lakukan? Mendengarkan musik? Bermain ponsel? Membaca? Atau sesederhana menatap ke luar jendela bus? Ketika melewati daerah sepi, tentu tatapannya akan berbeda dengan saat bus melewati daerah ramai seperti perkotaan.

Pemandangan apa yang ia nikmati? Alun-alun kota? Deretan pertokoan dan mal? Bagaimana suasana alun-alun kota ketika pukul dua dini hari? Apakah sama dengan suasana pukul delapan malam? Berlaku juga untuk pertokoan dan mal. Bisa jadi si tokoh melihat daerah pertokoan yang ternyata masih ramai meskipun sudah pukul dua pagi.

Dari situ bisa berkembang banyak sekali paragraf bagus yang akan memanjakan pembaca.

Nah, giliran moda pesawat.

Kalian yang pernah naik pesawat tentu paham bahwa moda yang satu ini terjadwal ketat. Maskapai mewajibkan penumpang hadir di bandara paling tidak sembilan puluh menit sebelum waktu keberangkatan. 

Para penumpang harus didata ulang, koper-koper harus diberi nomor dan masuk bagasi, beberapa lansia yang butuh penanganan khusus, ibu hamil yang harus melakukan pemeriksaan, dan banyak lagi poin yang harus dilewati. Semuanya perlu waktu dan tidak bisa diburu-buru.

Selain waktu keberangkatan, perhatikan pula waktu kedatangan, juga durasi transit jika memang diperlukan. Kita tidak bisa seenak jidat. Jika memang pesawat tepat waktu lepas landas dan mendarat pagi hari, jangan ditulis mendarat siang. Kecuali, kalau diceritakan pesawat mengalami keterlambatan lepas landas.

Dari adegan keterlambatan juga bisa dieksplorasi banyak detail untuk si tokoh. Kalau pesawat tepat waktu, bagaimana reaksinya? Kalau pesawat terlambat tiba, apa saja yang berubah pada rutinitasnya? Apakah yang terkena dampak hanya satu tokoh, atau ada tokoh lain? Semua dapat memperkaya konflik sehingga cerita kalian tidak jatuh membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun