Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perpisahan yang Mengharukan

7 Agustus 2023   17:58 Diperbarui: 7 Agustus 2023   18:17 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perpisahan Yang Mengharukan
Penantian di Ujung Rindu-26
@Cerpen
Usai Pak Hery dan Bu Lia membersihkan tubuh mereka, Bibi menagajak mereka makan, di mej sudah tersaji makanan mereka
"Ayo, Nak, yang banyak makannya ya, nanti sore kita baru istirahat," pesan Bu Lia.
Lory demamnya sudah turun namun, batuknya masih terdengar parah. Usai makan Lory harus minum obatnya.
Mentari semakin meninggi, sinarnya merekah menyeruak masuk ke rumah melalui pintu dan jendela.
Gegas Bu Lia merapikan barang-barangnya.
"Ayo, anak-anak salam Paman, Bibi, Kak Athan dan Grace," titah Bu Lia.
"Paman dan Bibi sangat senang menyambut kehadiran Kakak dan kedua keponakan.
"Terima kasih Dik sudah menyambut kami dan merepotkan," ungkap Bu Lia sembari menyodorkan tangannya menyalami adiknya ipar lalu merangkulnya.
Mereka pun saling merangkul. Tidak terasa buliran bening mengalir di pipi keduanya.
"Kalian juga sehat-sehat semua dan bertambah berkat Tuhan,"
Mereka pun melangkah menuju mobil yang sudah dipersiapkan Pak Hery. Pak Hery membuka pintu mobil lalu  kedua anaknya masuk ke dalam mobil. Paman dan bibi menyaksikan kepergian keluarga kakak dan keponakannya. Hingga mobil Bu Lia lenyap dari pandangan mereka. Pak Hery melajukan mobilnya perlahan hingga lenyap dari pandangan papan dan Bibi Lory.
Saat mobil abang iparnya lenyap dari pandangan mata, Bibi dan Paman Lory membalikkan tubuh melangkah masuk ke rumah mereka dengan penuh doa. Agar mereka sampai di Medan dengan selamat.
Pak Hery melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Semakin jauh mereka meniggallan kediaman adiknya. Kini Pak Hery fokus dalam menyetir mobilnya.
Terkadang mereka melalui jalan lurus dan berliku.
Mentari semakin meninggi panas mentari terasa hingga ke ubun-ubun. Bunyi keroncong sudah berlabuh saat perjalanan sudah berlalu 4 jam.
Kedua anaknya masih pulas. Dengan berat hati Bu Lia membangunkan mereka.
"Sayang, kita makan dulu yok. Sudah keroncongan nih," ajak Bu Lia. Mereka pun masuk ke rest area dan memarkir mobilnya.
Bu Lia beranjak dari kursinya lalu turun meraih bekal yang di letakkan di bagian belakang mobil. Gegas Bu Lia membuka bekalnya dan menaruh di piring. Ia pun menyodorkannya kepada Hery suaminya. Usai melantunkan doa makanan pun disantap. Buah apel yang sudah dikupas ditaroh di tuparware.
"Nih, Pah buahnya," ucap Bu Lia.
Usai mereka makan, Bu Lia menyiapkan makanan kedua anaknya.
Kak Lory dan Osal, bangun Nak, makan dulu ya? Ucap Bu Lia. Sambil melihat sekelilingnya Lory belum fokus. Karena, kedua anaknya juga sudah lapar, hingga mereka makan dengan lahapnya. Bu Lia sangat senang. Mereka semua sudah kenyang.
"Ma, Osal mau pipis," ucapnya.
Bu Lia membawa Osal dan Lory ke toilet. Tidak lama kemudian mereka sudah kembali.
"Gimana, Bu, apa kita sudah bisa berangkat," tanya Pak Hery kepada istrinya sembari mengingatkan agar tidak ada yang tertinggal.
Jakarta, 7 Agustus 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun