Mohon tunggu...
Sechudin
Sechudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - #wartaklasik

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Sepi

15 Januari 2020   14:44 Diperbarui: 15 Januari 2020   14:47 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maafkan aku ibu
Perayaan tahun ini akan terasa lebih sepi lagi
Mungkin hanya aku, mia dan ibu yang merayakan
Di gubug reot beratapkan daun alang-alang ini ibu

Para tetangga kita akan disiksa oleh kata-kata
Dilempar dengan teriakan misuh
Diinjak-injak dengan bid'ah dan tohut
Dan ibu tahu? Mereka juga akan dilempar ke dalam jurang neraka oleh orang-orang yang mengaku saudara

Usaplah air matamu ibu
Perayaan kita memang tak semegah dan semewah dulu
Tapi lihatlah langit itu ibu
Bintang-bintang semuanya riang bernyanyi
Bulan tersenyum lebar menyambut perayaan agung ini

Dan perayaan kita adalah perayaan suci
Tidak perlu pengakuan
Tidak butuh penjelasan
Tidak pula harus dengan dihadiri ribuan orang
Jika kehadiran satu ibu sama dengan kehadiran seluruh makhluk bumi, lalu bagaimana jika 10, 100 bahkan 1.000 ibu yang datang?
Dan Perayaan ini bukanlah perayaan sepi lagi Bu
Maka berbahagialah dan usaplah air matamu Ibu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun