Mohon tunggu...
sayidjumianto
sayidjumianto Mohon Tunggu... Guru yang kembali menulis

Guru yang kembali menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kopiah Sang Kyai

7 Maret 2025   10:42 Diperbarui: 7 Maret 2025   10:42 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopiah Sang Kyai

Lupakan sejenak untuk ikut alur perkembangan dunia yang mau dihindarinya. 

Sebenarnya hp android di genggamannya sudah jadul namun masih dipakai sebab itu jadul banyak nomor yang membawa rezeki  baginya.

Bulan ramadhan adalah bulan rezeki baginya sebagai lulusan pondok pesantren terkenal di Yogyakarta banyak undangan mengisi pengajian.

Baca juga: Mercon

Sebagai ustadz juga guru ngaji kampung tahu niatnya berbagi amal dan ilmu juga pahala tulus karena Allah swt.

Aku tahu persepsi miring kalau undang sesorang mahal karena ngarani minta ini itu buatku nomor seratus aku niatku tulus.

Sebagai guru agama honorer yang mengajar di tempat dulu mondok adalah sebuah keistimewaan sendiri 

Itu sebabnya banyak kyai dan bu nyai yang masih memgenalnya apalagi istriku juga seorang alumni yang pernah mondok disitu sebuah kebetulan sebagai jodohnya.

Walau Istrinya juga turut membantu di bagian dapur yang memenuhi logistik santri setiap hari terutama di bulan ramadhan ini.

Baca juga: Sebuah Penyesalan

Namun Istriku selalu menanyakan bu nyai muda istri ketiga pak kyai yang dulu pernah jadi teman sekelasku walau begitu hanya teman biasa saja.

"senang sudah ketemu bu nyai" tanya istriku aku hanya tersenyum sedikit dia sudah tahu.

"maaf tadi disuruh bapak untuk belanja dengan mobil pondok dan  ini untukmu dik dari bu nyai" jawabku.

Aku membawa sebuah bingkisan di dalam tas kresek warna putih lalu aku memberikan kepada istriku.

"ini masih baru mas  mukena" namun wajahnya seperti tidak ceria aku jadi tidak enak hati.

"alhamdulillah dik"jawabki

"kok pink..nieh" keluhnya

"terserah yang kasih to dik" jawabku

"terimakasih begitu bilang pada bu nyai yang cantik itu ya mas" imbuh istriku.

Aku diam hampir tujuh tahun menikah belum bisa bahagiakanmu dik. 

"mas.."

"ya.."

"Ini jadwal mu padat ceramah tarawih di masjid jabal nur dan subuh di masjid babul janah"

"siap bu nyai" istrinya gemas dan dicubit lengannya.

"maaf" buka sore ini terasa nikmat walau hanya telur asin.

"maaf mas tadi ada titipan dari ustadz Tarjo katanya mas tidak mau bawa bingkisannya"

"sudah dibuka?"

"belum..hmm..beras kita habis lho" Beras, gula dan garam habis itu yang aku takutkan dirumahku sebab aku ingin tetap membuatmu bisa bahagia walau keadaan apapun kelak.

"kok tidak wa tadi"

"lupa.."

Aku diam dan diam dompet hari ini kosong mana honor mengajar belum dikasih juga.

"nanti aku belikan" 

"lah begitu"

Coba ditutupi kegelisahan hatinya namun juga tak terucap besok sahur pakai apa belum dipikirkan sore ini.

Bingkisannya paling makanan atau sarung atau ucapan terimakasih ala desa itu disyukuri. 

Ustadz desa tidak seberuntung yang dikota atau di televisi dan media sosial yang bayarannya selangit hanya mengharap imbalan dari  limpahan pahala dariNya.

Sebab ceramah atau mengisi pengajian adalah berbagi ilmu untuk sesama umat islam sesuai kemampuan kita.

Dalam perjalanan dengan motor bututnya masih dipikirkan beras habis tadi.

"saya sudah antar bonus njenengan mas" dan wa itu baru di baca dalam perjalanan. 

"semoga tahu istriku" tahu batinku bergejolak.

Coba dihubungi lewat wa "coba kamu buka tad bungkusan dari ustadz Tarjo" namun tidak di balas.

Ketika ceramah selesai dilanjutkan shalat tarawih dilihat Hpnya belum juga dibalas hatinya semakin  bertanya-tanya.

"Assalamu'alaikum dik.."

"waalaikumsalam  mas maaf ini tadi baru beli beras dan lauk mie kesukaanmu"

"alhamdulillah sudah tahu to"

"ya..uangnya aku ambil ini juga beli telur asin ."

"ya..terimakasih"

Sebelum pulang ada panitia yang menyapa dan menyalaminya serta memberikan bekal.

Plong rasanya walau gelisah nya belum hilang sebab sebab menunggu honor untuk bekal lebaran nanti belum pasti.

Pulang dengan Motor butut tua kepunyaannya tetap lancar untuk kesana kemari sangat disyukurinya walau kadang mogok karena jarang di service dan itu sebagai tantangan juga dalam hidupnya.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun