Pun bisa jadi kita sendiri adalah “akibat” dari segala keputusan yang diambil orang lain, baik disengaja ataupun tidak.
Contohnya, Dokter Ma yang memutuskan untuk melepas Hu Guang Jun sebagai pasiennya karena pria tersebut “kabur-kaburan” dan tidak patuh pada pengobatan.
Oleh sebabnya, Hu Guang Jun yang pada satu titik akhirnya kumat, melampiaskan emosinya dengan membakar supermarket—yang ternyata ada istri dan anak Dokter Ma di dalamnya.
Situasi ini membuat dokter Ma—yang depresi—pada akhirnya mendendam dan berusaha untuk menyakiti Hu Guang Jun, tetapi selalu tidak berhasil karena kepedulian orang-orang disekitarnya.
Kejadian pembakaran tersebut pun mengalir seperti efek bola salju. Sampai-sampai legislatif Kota Qingyun pada akhirnya kembali membahas tentang isu kesehatan mental dan membicarakan kembali hukuman kejahatan yang pantas apabila pelakunya menderita sakit jiwa.
Namun di lain pihak, penonton juga tidak serta merta dibiarkan menghujat Hu Guang Jun hanya karena karakternya yang problematik dan ia adalah villain di drama ini.
Kita pun diajak mengenali latar belakang Hu Guang Jun dan keluarganya. Kita seolah-olah diminta untuk tidak langsung menghakimi sang pelaku dan mengamati mengapa Hu Guang Jun bisa tumbuh sebagai pria nirempati seperti itu.
Jelas tujuannya bukan untuk mengajak kita memaafkan sebuah kejahatan atau menutup mata dari sebuah kesalahan yang disengaja.
Akan tetapi untuk memberitahu kita bahwa sebelum ada Hu Guang Jun sang pelaku pembakaran, ada Hu Guang Jun si manusia yang sebenarnya tidak mendapatkan perawatan mental yang tepat sejak kecil karena sikap abai dari keluarganya.
Tentu saja keadilan harus tetap ditegakkan. Namun, biarlah hal tersebut menjadi urusannya pihak berwajib, pengadilan, dan Tuhan saja.
Overall
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!