Mohon tunggu...
Sausan ShalihahAlfirdausi
Sausan ShalihahAlfirdausi Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

exito

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Segala Sesuatu Berawal dari Nol dan Satu: Fondasi Digital dalam Representasi Informasi dan Sistem Komputasi

14 Mei 2025   03:05 Diperbarui: 14 Mei 2025   01:32 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Biner (Sumber: Freepik/starline)

Abstraksi dan Kompleksitas: Dari Bit ke Sistem Canggih

Salah satu kekuatan utama dari sistem biner adalah kemampuannya untuk mendukung tingkat abstraksi yang sangat tinggi. Dari level rendah di mana transistor hanya memproses bit, kita dapat membangun lapisan-lapisan abstraksi seperti bahasa rakitan (assembly language), bahasa tingkat tinggi seperti C, Python, atau Java, hingga antarmuka grafis pengguna dan sistem cerdas seperti asisten virtual dan sistem rekomendasi.

Sebagai contoh, video game modern yang menampilkan dunia virtual tiga dimensi, simulasi fisika realistis, dan interaksi pengguna yang kompleks, sebenarnya semuanya dijalankan oleh prosesor yang hanya memanipulasi bit-bit dalam kecepatan miliaran operasi per detik. Hal yang sama juga terjadi pada jaringan global seperti internet. Meskipun tampak seperti medium abstrak untuk pertukaran ide dan informasi, internet pada dasarnya adalah jaringan perangkat keras dan protokol yang bertukar paket-paket data yang dikodekan dalam bit.

Implikasi Filosofis dan Ilmiah

Fenomena bahwa informasi dan realitas virtual dapat sepenuhnya direduksi menjadi bit membawa kita kepada pertanyaan mendalam tentang hakikat realitas dan informasi. Dalam teori informasi yang dikembangkan oleh Claude Shannon, informasi dipandang sebagai entitas matematis yang dapat diukur dan dikodekan secara efisien, tanpa memperhatikan makna semantik dari informasi tersebut. Hal ini memungkinkan kita untuk mempelajari komunikasi, pengkodean, dan penyimpanan data secara ilmiah dan kuantitatif.

Lebih jauh lagi, perkembangan fisika kuantum dan teori komputasi kuantum membuka diskusi apakah alam semesta itu sendiri pada hakikatnya adalah sistem informasi, dengan realitas fisik yang dapat direpresentasikan sebagai data digital. Dalam konteks ini, bit klasik mulai berkembang menjadi qubit dalam komputasi kuantum, yang tidak hanya berada dalam keadaan 0 atau 1, tetapi bisa dalam superposisi keduanya.

Bahwa segala sesuatu dalam dunia digital modern berawal dari nol dan satu bukanlah sekadar slogan, tetapi kenyataan teknis dan ilmiah yang mendalam. Bit sebagai representasi dari dua kondisi dasar telah memungkinkan manusia membangun sistem yang sangat kompleks dan canggih, dari kalkulator sederhana hingga kecerdasan buatan dan sistem jaringan global. Melalui prinsip sederhana ini, manusia telah membuktikan bahwa dari keterbatasan dapat lahir potensi yang nyaris tak terbatas.

Referensi
Shannon, C. E. (1948). A mathematical theory of communication. The Bell System Technical Journal, 27(3), 379--423. https://doi.org/10.1002/j.1538-7305.1948.tb01338.x

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun