Mohon tunggu...
Satya Anggara
Satya Anggara Mohon Tunggu... Lainnya - Academic Researcher and Investor

Menyajikan tulisan seputar dunia investasi, bisnis, sosial, politik, humaniora, dan filsafat. Untuk korespondensi lebih lanjut, silahkan hubungi melalui kontak yang tertera di sini.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Biaya Peluang dalam Investasi Saham dan Mengapa (Terkadang) Strategi Investasi Terbaik adalah Duduk Manis

15 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 15 Mei 2021   17:12 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kepanikan di Bursa Saham | Sumber: wync.org

Sayangnya, keyakinan tersebut tergoyahkan beberapa bulan kemudian. Tidak hanya karena pandemi COVID-19 memunculkan kekhawatiran mengenai masa depan bisnis perusahaan tersebut, penulis juga menemukan saham lain yang rasio keuangannya lebih menarik sehingga memutuskan untuk keluar dari posisi tersebut dengan keuntungan kecil.

Seperti ungkapan yang dilontarkan Peter Lynch, “Anda kehilangan lebih banyak uang mengantisipasi keruntuhan ekonomi ketimbang pada saat keruntuhan tersebut sudah terjadi.” 

Kendati setelahnya hingga hari ini penulis banyak melakukan transaksi yang cukup menguntungkan, penulis hanya memperoleh kinerja yang sedikit lebih baik dari bursa dan reksadana saham papan atas.

Yang sangat disayangkan dari hal ini adalah apa yang terjadi dengan HRUM sejak saat itu dan bagaimana sebetulnya penulis dapat menghindari banyak hal yang kurang mengenakkan seperti waktu yang tersita untuk menganalisis puluhan saham dan biaya transaksi yang tidak sedikit.

Rekap Harga HRUM sejak 1 Januari 2020 | Sumber: Indopremier Sekuritas
Rekap Harga HRUM sejak 1 Januari 2020 | Sumber: Indopremier Sekuritas
Ya, per 11 Mei 2021, harga saham HRUM sudah tumbuh nyaris 5 kali lipat harga pembelian awal penulis! Dengan kata lain, I just missed a five bagger! Sebelum ini bahkan harganya sempat bertengger lebih tinggi lagi. 

Pergerakan harga yang terjadi beberapa bulan setelah penulis hengkang dari posisi ini seperti hendak menertawakan keputusan prematur penulis saat itu mengenai HRUM.

Bahkan, dengan menggabungkan performa HRUM dengan dua saham lainnya yang ada dalam portfolio 10 Januari 2020 tersebut (yang saat ini harganya sama-sama lebih rendah), portfolio tersebut seharusnya masih bisa mencatat pertumbuhan dua kali lipat, jauh di atas bursa dan reksadana saham yang kebanyakan stagnan selama setahun terakhir ini.

Lantas, apa yang bisa dipetik dari pengalaman kurang menyenangkan ini?

Kita tentu tidak bisa meramal secara akurat hasil investasi kita di masa depan. Entah kapan kita akan memperoleh saham yang harganya tumbuh berkali-kali lipat. Boleh jadi malah saham yang kita beli hari ini dengan harga puluhan ribu menjelma menjadi saham “tidur” alias “gocap” beberapa bulan kemudian.

Tapi justru karena akurasi ramalan kita meragukan, kita selaku pelaku pasar saham harus lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. 

Jangan malah asal ganti posisi hanya karena berita sepele yang berseliweran yang belum tentu punya dampak signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun