Mohon tunggu...
Satrio Piningit
Satrio Piningit Mohon Tunggu... -

jer besuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apollo Tak Mendarat di Bulan: Proyek Hoax Rp 2000 Triliun

6 April 2016   11:55 Diperbarui: 4 April 2017   17:48 28386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pro dan kontra keaslian pendaratan di bulan menjadi perdebatan yang tak ada habisnya selama hampir 50 tahun. Sama sulitnya dengan meyakinkan seorang anak bahwa Santa Claus yang selalu diimpikannya adalah sebuah kebohongan. Apalagi ada 2000 triliun kepentingan tersangkut disitu, dan miliaran dolar proyek-proyek berikutnya. Belum lagi masalah pride. Sudah pasti Standard Operating Procedure-nya adalah bantah, bantah, dan bantah.

Lantas, apa gunanya pemahaman tentang hal ini?

"Power tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely," demikian ungkapan terkenal dari Lord Acton. Segala krisis yang terjadi di dunia ini -- baik perang maupun krisis ekonomi -- adalah akibat ulah segelintir elite yang sangat powerful dan korup. Modus operandinya adalah mengeruk keuntungan dengan mengelabui orang lain.

Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa krisis ekonomi Asia 1998 adalah natural (tak ada yang mendesain untuk cari keuntungan), dan kedatangan George Soros -- yang jelas-jelas mengaku sebagai spekulan penyebab krisis yang menyebabkan rakyat susah, perusahaan bangkrut, PHK, dll -- justru disambut dengan karpet merah dan puja-puji sebagai orang kaya yang sukses.

[caption caption="| sumber foto: seputarforex.com"]

[/caption]Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa Perang Vietnam adalah natural, tak ada yang mendesain, dan tak ada yang mengeruk keuntungan materi dari perang yang merenggut korban jiwa manusia. Sama naifnya dengan berpikir bahwa CIA (lembaga intelijen kapitalis) tak mungkin mendanai komunis Kontra lewat dagang senjata dengan Iran yang sedang mereka embargo.

[caption caption="(Foto anak-anak korban perang Vietnam yang memenangkan penghargaan Pullitzer) | sumber foto: academics.wellesley.edu"]

[/caption]Betapa naifnya jika kita berpikir bahwa PBB -- yang kantornya dibangun di atas tanah hibah Rockefeller tahun 1948 -- adalah lembaga "The Holy of Holies" yang bebas dari kepentingan Global Elites, dan aktif mempromosikan LGBT semata-mata untuk kebaikan manusia. 

[caption caption="| sumber foto: undispatch.com"]

[/caption]Dan, yang paling mengerikan bagi kemanusiaan di dunia, adalah terjadinya "impunity". Orang bebas melakukan kejahatan tanpa dihukum, karena mereka pintar mengelabui orang.

Kembali pada program Apollo. Orang tak ada yang mempermasalahkan pesawat non-awak Viking mendarat di Mars tahun 1976, teleskop Hubble tahun 1990, Galileo mengorbit di Jupiter tahun 1995, dll. Hanya pesawat berawak Apollo yang dipermasalahkan, karena aroma kebohongan dan korup tercium disitu.

Global Elites yang sangat powerful merasa nyaman melakukan berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan tanpa dihukum, karena tahu persis bahwa 95% umat manusia (mereka sebut goyim, animal, dll), hanya peduli pada cari uang untuk membayar tagihan-tagihan bulanan. Persis seperti segerombolan domba makan rumput, kabur sebentar begitu anggotanya dimakan srigala, dan segera kembali makan rumput setelah srigala kenyang dan pergi.

[caption caption="| sumber foto: usacarry.com"]

[/caption]Pilihan tentunya ada pada diri kita sendiri. Apakah memilih bersikap ignorant dan hanya peduli pada cari duit untuk kantong sendiri, atau sambil membantu meningkatkan global consciousness agar tak mudah dikibuli oleh para elite. Hal yang terakhir ini, pada gilirannya, menjadi kontrol sosial terhadap perilaku manipulatif dan korup yang bertentangan dengan derajat kemanusiaan kita.

Naluri untuk mencari kebenaran adalah seperti yang dikatakan oleh pujangga asal Inggris abad ke 16:

"Truth will out" - William Shakespeare.



Demikian, semoga ada sedikit manfaat.

Salam kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun