Itu saja? belum! Ada juga nilai arsitektur, lingkungan, habitat dan relasi sosial lainnya yang juga bersama bisa terus dikembangkan kan. Dan mampu dijual dalam paket wisata nan menarik jua! Mungkin itulah mengapa Borobudur Highland harus jua berdiri tegak, sebagai kolaborasi peradaban dahulu dan kini?
Akhirnya, ya sisi seni dari relief candi akan menjadi refleksi kita dalam menyuarakan berbagai musik apa saja sebagai ungkapan perasaan manusia melalui perangkat alat musik yang sama, dan sudah diperdengarkan, didokumentasikan di Borobudur.
Borobudur Cultural Feast 2016, sudah memulai menggemakan Sound of Borobudur, dan berhasil menyuarkan kembali alat musik dawai Gasona, Gasola, dan Solawa yang bentuknya diambil dari relief Karmawibhangga tadi. Jika dilihat kembali alat musiknya terlihat seperti alat musk sampe, alat musik khas domisili saya di Kalimantan ya?
Akhirnya, Sound of Borobudur, diawal bulan April 2021 lalu, pastilah sudah memberikan spirit baru jua untuk memotivasi kita, dan belajar kembali pada Borobudur.
Dan semnagat itu, pas diterjemahkan dalam ungkapan jawa “Gotong royong pitutur agung guyub rukun gemah ripah loh jinawi jayaning nusantara amargo laku-lelaku”
Dimana Borobudur, mengajak kita bersinergi menata lelaku, membersihkan hati, menjernihkan pikiran, dan terus berbuat, bekerja, berkarya, dan berbakti demi kejayaan Nusantara.
Bagaiaman mewudjukannya? Ya lewat sikap toleransi kita untuk menghargai perbedaan ?
Artinya, dari alat musik yang sama itulah itulah kita belajar bahwa kita terlahir dari satu irama, dan berasal dari sound of Borobudur.
Referensi :