Istri sayapun berkesibukan sebagi guru, yang menghabiskan waktunya mengajar hingga sore hari plus les private-privatenya, berhitung sebagai cara killing-time,karena harus menunggu saya bekerja seharian fulluntuk pulang lagi ke rumah. Sehingga hanya malam hari, merupakan waktu untuk bisa berkumpul bersama.
Namun, lelah memang terkadang tak mau kompromi untuk segera menuntaskan kebersamaan kami, hingga beberapa jam saja berkumpul di malam hari, dan menyegerakan tidur kembali untuk bersiap beraktivitas lagi esok harinya, begitu saja terus.
Sedangkan moment week-end, pun kadang hambar. Dikala istri saya sedang libur, saya masih bekerja, menunggu sistem on-off bekerja untuk cuti. Hanya keberuntungan jika waktu cuti saya berbarengan dengan week-end menjadi rejeki nomplok yang tiada-tara. Dimanakah cara menemukan dan merasakan kehangatan keluarga yang orang bilang itu?
Menjenuhkan memang, waktu dihabiskan dengan bekerja, yang secara logika harus dijalani. Terlebih dengan adanya plan kami yang harus menuntut kewajiban mencicil rumah, membangun kemandirian, membuat kelelahan menjadi kebahagian tersendiri untuk bisa segera melunasinya.
**
Aduh kebahagian saya bukan kepalang, hampir 6 tahun menunggu, ternyata terturut juga-kan keinginan ini? meski bayangan memiliki momongan itu selalu menjadi bunga tidur di malam hari. Meski sembari banyak cara pula untuk mewujudkannya namun belum ada hasilnya. Ya sabar!
"Hah, Syukurlah, saya segera pulang deh," jawab saya yang saya akhiri dengan emoticontersenyum di akhir kalimatnya.
Menahan kegembiraan ini tentu sangat sulit, meskipun beberapa waktu sebelumnya saya mendapat surat pemberitahuan dari staff  HRD akan situasi perusahaan yang akan mengambil kebijakan efisiensikaryawan akibat harga batubara yang mengguncang usaha tambang  batubara pada 2015 lalu. Sehingga saya harus dirumahkan bulan depan, dan menunggu kabar selanjutnya.
Saya ambil hikmahnya saja, atas semua hal itu, karena begitulah resiko menjadi karyawan. Anggap saja ini adalah rejeki yang tertukar untuk dijalani, tanpa harus menggoyahkan biduk rumah tangga kami. Dan bersyukur lagi, KPR rumah pun bisa dilunasi dalam waktu 5 tahun saja, akibat kerja keras kami bertahin-tahun sebelumnya.
Logika mencari pekerjaan baru, pada saat di-PHK tidak semudah membalikkan telapak tangan-kan? Selama dirumahkan dan menunggu putusan PHK beserta hak-hak saya, menjadi momen yang indah bergumul bersama istri dan jabang bayi. Di sinilah momen kehangatan keluarga itu benar-benar terasa oleh kami, dan baru akan dimulai dinyalakan.