Di bahu jalan aku menjadi sialan,
kerap membantu dilanjut menjadi kutu,
di bahu jalan kita mulai bertemu;
tanpa tawa yang syahdu,
ashar itu,
sebelum mentariku mencair kau mulai berfikir.
lantas itulah waktu, kita mulai rindu.
saling melihat dan membisu.
tawa kita mulai syahdu.
aku dengan pakaian kumalku, begitu kamu dengan gamis bak gerimismu.
Itu mulai candu, kian kali kita bertemu,
menderu lalu menggerutu: "Ini salah waktu!"
Rinai hujan, ditepi jalan, adzan berkumandang, mata kita saling memandang, lalu kembali menghilang.
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!