Mohon tunggu...
Singgih Swasono
Singgih Swasono Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya usaha di bidang Kuliner, dan pendiri sanggar Seni Kriya 3D Banyumas 'SEKAR'. 08562616989 - 089673740109 satejamur@yahoo.com - indrisekar@gmail.com https://twitter.com/aaltaer7

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kabut Berdarah di Tapal Batas

1 Januari 2012   16:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak Kadus, ada Tentara Republik yang tertembak” sambil ketok-ketok jendela kamar di bagian rumah, terdengar dari dalam langkah orang keluar dan membuka pintu dapur

Bawa masuk, sebentar saya panggil istri saya dulu” Sambil berjalan masuk kembali.

Saya Tono dan ini Sarun, komandan kami Kapten Tukijo” sesaat setelah Pak Kadus kembali bersama istrinya. Istrinya, salah satu penduduk yang sudah dilatih pihak PMI, untuk melakukan tindakan pertolongan pertama.

Bahu kiri kena peluru tembus kebelakang, paha kaki terserempet peluru dan beruntung tulang tidak kena, sementara ini hentikan dulu perdarahannya” dengan cekatan istri Pak Kadus membalut lukanya.

Minum dulu, ini ada singkong rebus tapi sudah dingin

Mereka minum dan makan singkong sambil mengobrol sampai hampir tengah malam, setelah itu mereka pamitan melanjutkan perjalan ke arah Desa Dukuhwaluh untuk berkumpul kembali dengan kesatuannya.

…………….

Semburat sinar pagi jelang mentari di ufuk Timur menyibak kabut. Terlihat dari jauh oleh dua pengintai,  iring-iringan dua Panser, tiga Truk besar, dan dua Jeep tentara beriringan keluar dari dalam kota mengarah ke Desa Kejawar, mereka berdua berlari mengarah ke Balai Desa

Seketika dentum kentong besar Kyai Galih di balai Desa terdengar “dung-dung-duuung…dung..duung” diiringi langkah-langkah ratusan penduduk Desa mengalir meninggalkan Desanya mengungsi, dalam sekejap kampung Kejawar kosong, hanya tinggal orang yang sepuh dan anak-anak.

Kala dirembang sore  di tempat pengungsian  aku memberi perintah “Kang Narto, kumpulkan lima teman lagi sore ini lihat Nica masih dalam Desa apa sudah pergi ayo sekarang pergi

Siap, tunggu aku panggil mereka” jawab Kang Narto, sambil melangkah pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun