Setelah mendapati makna dari ayat tersebut, saya pun menyadari. Seribu tahun pembuktian ini tidak akan berarti apa-apa jika saya masih menolong para pihak yang melazimkan korupsi dalam pengadaan barang/jasa.
Saya ceritakan tafsir ayat tersebut kepada istri saya dan saya kaitkan dengan pekerjaan saya jalani selama ini. Sekali lagi, ia menerima apapun keputusan saya.
Saya utarakan kepadanya bahwa saya bukan hanya berhenti menerima gratifikasi, tapi saya juga akan berhenti membantu semua pihak yang masih melakukan perbuatan tercela itu.
Konsekuensinya, saya pasti akan dijauhi dan kehilangan posisi yang saat itu sudah saya duduki.
Saya siap dan istri tercinta pun memahami. Saya peluk tubuhnya sembari menangis dan berkata, "Maafkan kesalahan ku selama ini, semoga Allah SWT menuntun kita semua menjadi pribadi yang lebih baik lagi".
Ia mengusap air mata saya dan berkata, "Amin".
Perang Terbesar
Hari-hari sesudahnya, kami jalani pasang surut kehidupan tanpa bergantung pada gratifikasi lagi.
Sesekali, luka di hatinya terasa lagi. Tapi, saya selalu bisa meyakinkannya bahwa pembuktian ini perlu ia perhitungkan.
Saya jauhi hal-hal yang membuatnya teringat dengan kesalahan yang pernah saya perbuat. Sesekali saya luput, namun hal yang prinsip tak pernah saya langgar.
Hubungan dengan Ibu pun saya coba rajut kembali secara perlahan. Sulit, tapi tak boleh terbesit keputus-asaan.
Hilangnya ketergantungan terhadap gratifikasi pun berdampak besar pada perekonomian keluarga. Ditambah lagi banyak keputusan-keputusan pengeluaran rumah tangga di masa lalu yang menambah beban saat ini.