Sang ustadz pun memberikan nasihatnya, namun amarah dan kesedihan terlalu menguasai hati si Ibu. Akibatnya, nasihat yang diberikan tak mampu mengubah keadaan.
Di kesempatan berikutnya, Ibu tersebut datang lagi dengan keresahan yang sama. Merasa hampir putus asa, karena tak mampu memberikan nasihat yang menyejukan, sang ustadz memberikan pesan pamungkas.
Ia meminta si Ibu untuk mencari jawabannya sendiri di dalam Al-Quran. "Ibu buka mushaf secara acak, pahaminayat pertama yang pertama kali Ibu temukan, insyaa Allah itu jawabannya", kata sang ustadz.
Meski terdengar spekulatif, si Ibu melakukannya. Dan akhirnya ia pun menemukan jawaban atas keresahannya selama ini.
Berbekal cerita itu, saya pun melakukan spekulasi yang sama. Setelah shoalt, saya ambil Al-Quran dan membukanya halamannya secara acak.
Setelah melakukannya, butuh waktu untuk memahami ayat pertama yang saya temukan. Ayat itu adalah ayat ke 17 dalam Surat Al-Qashas, yang berbunyi:
Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, karena nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, (tuntunlah aku) sehingga aku tidak akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berbuat durhaka.”
Saya membaca ayat dan tafsirnya berkali-kali untuk memahami makna yang ingin Allah SWT sampaikan dalam firman-Nya. Setelah berusaha keras, akhirnya saya memahaminya.
Terlepas dari benar/salah spekulasi yang saya lakukan. Tapi saya yakin, Tuhan selalu punya banyak cara untuk mengajarkan hamba-Nya.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa di saat menyadari kesalahannya, Musa memohon ampun kepada Tuhan, seraya berkata, “Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dengan melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak boleh dibunuh. Maka ampunilah dosaku dan janganlah Engkau siksa aku karena perbuatan yang tidak kusengaja itu.”
Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang terhadap hamba-Nya, mengampuni kesalahan Musa. Dengan pengampunan itu, hati Musa menjadi tenteram dan bebas dari kebimbangan dan kesusahan memikirkan nasibnya karena melakukan perbuatan dosa.