Mohon tunggu...
Sasty Jemali
Sasty Jemali Mohon Tunggu... Model - Berselubung Doa Sang Bunda

Young business is cool and women deserve to be successful

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Hati Memandang Cinta (Part 2)

30 Juni 2020   19:10 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah itu pacar Aldhy?" tanyaku dalam hati.

Aldhy menunjukkan buku yang ditulisnya kepada perempuan di sampingnya. Mereka tertawa dan saling menatap. Aldhy memegang gemas kepalanya. Perempuan itu memukul pundak Aldhy. Mereka seperti sedang protes dan berdebat dengan apa yang ditulis Aldhy. Aku merasa sakit ketika Aldhy mencubit telinganya. Mereka sungguh mesra.

Rasa cemburu mulai menyiksaku. Aku memutuskan untuk kembali ke mobil. Amarahku sebagai seorang wanita sungguh tak tertahan lagi. mengapa Aldhy tegah berbuat seperti itu. Dia tidak peduli denganku. Tiga menit lebih aku menunggu Aldhy. Dia belum juga datang. Aku mengambil handphone dan menghubunginya. Beberapa kali panggilanku tak dijawab. Cemburu dan rasa amarahku bercampur menjadi satu. Sudah lima kali aku menghubunginya. Saat aku hendak menghubungi untuk yang keenam kalinya, nomor teleponnya sudah tidak aktif lagi. Rasa sakit mulai kurasakan.

Aku memutuskan untuk mendengarkan lagu-lagu galau. Lagu "Rindu" mulai kuputar. Udara dalam mobil yang sungguh panas. Aku berusaha menahan amarah dengan mendengarkan lagu. Volume lagu kunaikan hingga akhir. Inilah cara yang baik untuk tidak membuang energi positif di dalam diri. Saat aku meletakkan kepala di sandaran kursi, dari spion mobil kulihat Aldhy keluar dari angkringan itu. Wanita itu mengantarnya ke depan pintu. 

Aku sungguh terpukul ketika melihat Aldhy menggandengnya. Tangan Aldhy memegang sebuah kantong. Tangan perempuan itu terus memegang tangan Aldhy. Aku ingin turun dari mobil dan menghampirinya. Namun, aku memutuskan untuk tidak terlalu memedulikannya. Semua kupendam meski ada sakit yang membuatku menderita. Aldhy memegang kepalanya dan melambaikan tangan.

Aku sengaja tertidur saat melihat Aldhy datang. Dalam hati aku merasa bahwa Aldhy telah mengkhianatiku.

"Maaf sayang agak lama. Aku ada urusan sedikit. Ternyata mereka salah membuat rekapan para pengunjung. Aku harus memperbaikinya," katanya sambil membenarkan sabuk pengaman.

Aku mendengar apa yang dikatakannya. Rasa sakit mendorongku untuk terus tertidur meski ngantuk bukan menjadi alasannya. Aldhy menghidupkan mobil dan segera meninggalkan angkringan terkutuk itu. Kini aku semakin benci dengan angkringan itu. Pertama, karena tempat itu jorok dan menjijikkan. Kedua, karena Aldhy memperoleh kebahagiaan lebih ketika datang ke tempat itu. Ketiga, karena perempuan yang selalu dekat dan sangat mesra dengannya. Masih banyak alasan lain yang bisa kuungkapkan namun aku belum menemukannya.

Aldhy mengambil handphone yang kuletakkan di depan kaca mobil. Dia mematikan lagu yang kuputar berulang-ulang. Aku merasakan sentuhan darinya. Sesekali dia memegang bahu kananku. Aku tahu dia peduli saat posisi tidurku mulai miring. Dalam kepura-puraan itu aku menemukan sifat yang berbeda darinya. Ada perhatian yang lebih dalam dirinya. Ternyata aku terbawa egoku sendiri. Aku belum tahu apa yang dilakukan Aldhy di tempat itu. Rasa cemburu yang begitu kuat menutup akal sehatku untuk berpikir. Rasa cinta yang terlalu berlebihan menutup kesadaranku untuk mencintainya dengan logika yang baik. Aku larut dalam cinta yang terlalu mengekang. Kini aku sadar bahwa aku telah salah menilainya.

Tangan kanannya sesekali memegang pipiku.

"Tidur yang nyenyak sayangku," sesekali dia mengatakannya kepadaku sembari memegang pipiku.

"Apa yang terjadi padaku? Aku terbawa ego yang telah salah menilainya. Maaf ya sayangku, Aldhy," sesalku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun