Mohon tunggu...
Sasty Jemali
Sasty Jemali Mohon Tunggu... Model - Berselubung Doa Sang Bunda

Young business is cool and women deserve to be successful

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Hati Memandang Cinta (Part 2)

30 Juni 2020   19:10 Diperbarui: 30 Juni 2020   19:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sasty Jemali. dokpri

"Tempat makan ini tidak cocok untuk Aldhy. Dia bisa jatuh sakit kalau makan di tempat ini terus. Lihat saja di belakang pondok kecil terdapat sebuah sungai yang penuh dengan lumpur. Baunya bisa menimbulkan penyakit. Mengapa dia mau makan di tempat ini? Ini sungguh tak layak baginya. Dia memiliki mobil dan punya banyak kos-kosan. Mengapa harus makan di tempat ini yang sungguh tidak manusiawi?" protesku dalam hati.

Sudah hampir lima menit Aldhy tak muncul. Aku memberanikan diri untuk turun dari mobil. Terik mentari sungguh menyiksa kulitku. Namun, rasa prihatinku kepadanya lebih besar. Aku memutuskan untuk melawan keadaan alam. Aku mempercepat langkah kaki menuju angkringan. Banyak pengunjung dengan mobil-mobil mewah menyempatkan waktu untuk makan di angkringan ini. Motor-motor keluaran terbaru, CBR, matic, fixion juga tak kalah banyak dari mobil. Aku semakin heran dengan tempat makan yang baru kutemukan saat ini.

"Maaf Nona, kalau mau masuk minta kartu anggotanya," ungkap seorang penjaga di depan pintu.

"Aku orang baru di sini dan belum memiliki kartu anggota," jawabku.

"Baik, kalau begitu tetap di luar ya," pintanya sambil menuju ke pos jaga di sebelah kiri pintu masuk.

Aku heran dengan angkringan yang kusebut tak layak ini. Dari luar aku melihat Aldhy sedang menulis di sebuah buku besar. Aku tak tahu apa isi buku itu dan apa yang ditulisnya. 

Dari raut wajahnya dia sangat serius. Beberapa kali dia melempar senyum kepada beberapa pengunjung. Ada yang menawarkan bir dingin kepadanya. Di samping Aldhy berdiri seorang wanita. Dandanannya sangat rapi. Mungkin saja dia adalah pelayan di tempat ini. Busana yang dikenakannya berbeda dengan pelayan lainnya. 

Para pelayan lain mengenakan baju berkerah warna merah. Kerah bajunya garis-garis hitam dan putih. Celana dan rok berwarna hitam. Laki-laki mengenakan celana kain hitam. 

Busana perempuan agak sedikit berbeda. Rok yang mereka pakai lima senti meter di atas lutut. Ada kesan seksi sedikit. Mereka mengenakan pita rambut berbusana batik. Yang menarik bahwa mereka mengenakan selempang bermotif Timor.

Semua pelanggan selalu terlihat happy. Mereka selalu memberikan senyum kepada setiap pengunjung. Jumlah mereka kurang lebih belasan orang. Aku tahu mereka datang dari beberapa wilayah di NTT. Ada yang berwajah Sabu, Sumba, Flores dan Timor. Inilah pemandangan menarik yang kutemukan di angkringan terjorok yang pernah kulihat.

Perempuan yang duduk dekat dengan Aldhy mengenakan busana jas lengkap. Dia mengenakan dasi. Sepatunya berbeda dari yang lain. Dia tidak seperti semua pelayan lain. Tugasnya memegang buku dan mencatat semua pelanggan masuk dan keluar. Saat Aldhy datang di sedikit diberi kesempatan untuk beristirahat. Aku melihat Aldhy merasa bahagia berada di dekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun