Mohon tunggu...
Sastra Budiharja Xu
Sastra Budiharja Xu Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Terlahir dengan wajah oriental, belajar untuk terus mencintai Indonesia dengan pikiran dan karya. Sebagai konselor karir di sebuah perguruan tinggi swasta, berusaha menginspirasi dan membuka wawasan pada mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

3 Hal yang Buat Was-Was ketika Konsumsi Kopi Lokal

27 Oktober 2015   14:45 Diperbarui: 27 Oktober 2015   14:48 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Kopi Indonesia itu banyak beredar dengan label-label internasional. Starbucks menjual Sumatra dan kata baristanya menjadi best seller internasional. Republika di tahun 2013 mencatat, pertumbuhan ekspor kopi Indonesia dari 2007 hingga 2012 mengalami peningkatan 10 persen setiap tahun nya. Tapi anehnya, laju impornya juga meningkat drastis. Artinya kekayaan neg’ri sendiri itu lebih banyak dinikmati bangsa lain, sementara yang punya tanah air penghasil kopi sendiri memilih untuk mengkonsumsi kopi milik tetangga.

Antrian di café-café dengan nama asing itu sering kali mengular, padahal kafe asing itu tak menawarkan kopi lokal yang premium. Starbucks lebih tersohor di negri ini daripada nama JJ Royal atau Excelso. Begitu mudahnya memperoleh kopi kopi dengan merek impor, tapi begitu sedikitnya yang menawarkan kopi-kopi premium lokal di negara sendiri.

 

Batak Ulos, Silimakuta, Sidikalang, Bali Kintamani, Papua, Flores, pernahkah Anda mencicipi kopi-kopi yahud itu? Tidak heran kalo tidak, karena kopi-kopi itu diperebutkan bangsa-bangsa lain. Sementara petani bangsa sendiri hanya memetik, mengkilo, kemudian menjual tanpa pernah mencicipi. Sungguh kita perlu was-was, hanya digunakan sebagai alat pemuas bangsa-bangsa asing yang lebih paham dan menghargai kopi.

 Ah.. sudahlah… bukankah mengkonsumsi merek impor itu lebih keren. Menunjukkan gengsi dan tingkat selera kita. Janganlah bangga memamerkan selera lokal. Janganlah bangga membeli produk dari bangsa sendiri. Banggalah kalo bisa membayar pajak impor dan memberi makan pengusaha-pengusaha asing dengan membeli dan berlangganan produk mereka. Biarkan orang asing menikmati produk kita dengan harga yang dijual murah. Kita nikmati produk asing dengan bayar harga mahal. Bukankah itu amal yang mulia dan … berkelas.

 

Ah.. sudahlah.. abaikan tulisan ini. Penulis bukanlah ahli kopi, apalagi ahli ekonomi, ini semua hanyalah ekspresi hati nurani akan kondisi negeri yang kaya ini. Sayang, hanya kurang dihargai pemiliknya sendiri.

 

Sumber-sumber:

Wikipedia.com

http://knowyourgrinder.com/where-do-the-best-espresso-beans-grow-indonesia/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun