Mohon tunggu...
The Sas
The Sas Mohon Tunggu... Seniman - Si Penggores Pena Sekedar Hobi

Hanya manusia biasa yang ingin mencurahkan apapun yang ada dalam isi kepala

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Adu Pembuktian Pelatih Serie-A

10 September 2021   14:43 Diperbarui: 10 September 2021   14:44 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim 2021-22 ini Serie-A ini memang tak seperti biasanya. Jarang-jarang klub besar di kompetisi teratas Liga Italia itu banyak berganti pelatih. Kecuali AC Milan dan Atalanta, lima klub lainnya yang selalu terlibat dalam persaingan juara punya nahkoda baru. Dan serunya, semua pelatih tersebut saling adu pembuktian siapa jadi yang terbaik.

#Jose Mourinho

Sorotan terbesar ada pada diri Jose Mourinho. Menggantikan kompatriotnya, Paulo Foncesca, pelatih asal Portugal itu menjadi allenatore anyar AS Roma. Kedatangannya disambut antusiasme dan ekspetasi tinggi dari suporter I Giallorossi yang sudah lama merindukan prestasi.

Tentu ini tidak berlebihan, karena Mourinho adalah nama beken. Ia masih dianggap salah satu pelatih terbaik dunia dengan catatan karir mentereng yang bergelimang gelar. Mourinho juga tak asing dengan Italia. Dua tahun disana (2008-2010), ia sukses bersama Inter Milan era Presiden Massimo Moratti.

Ya, sebenarnya kembalinya Mourinho ke Serie-A tidak begitu disukai fans Inter. Bukan apa, ia sudah terlanjur jadi pahlawan n legenda hidup Nerazurri yang mengukir sejarah emas Treble Winners, satu-satunya di Negeri Pizza sampai saat ini. Dulu dipuja-puja, kini datang sebagai "musuh" yang melatih klub lawan (untung saja itu Roma, bukan Juventus dan AC Milan yang notabene rival bebuyutan, jadi tidak terlalu heboh). Andai cepat sedikit, mungkin tadinya Interisti berharap Mourinho yang datang menggantikan Antonio Conte yang pergi usai mempersembahkan scudetto musim kemarin.

Tapi sudahlah, buang jauh-jauh romantisme. Yang ada kini hanya profesionalisme. Membesut Roma, sekalian Mourinho membuktikan bahwa dirinya masih layak dijuluki The Special One. Karena tidak sedikit orang yang mulai meragukan kehebatan melatih Mourinho, seiring kegagalannya di Tottenham Hotspur. Sekalian ditunggu juga komentar-komentar nyeleneh psywar ala Mou.

Di dua laga awal Serie-A musim ini, klub ibukota asuhan Mourinho berhasil meraup kemenangan (3-1 atas Fiorentina, 4-0 versus Salernitana).

#Massimiliano Allegri

Istirahat melatih selama dua tahun, Massimiliano Allegri "turun gunung" kembali ke klub yang dulu mendepaknya, Juventus. Padahal 2019 itu Nyonya Tua dalam keadaan baik-baik saja, tidak anjlok prestasi. Allegri baru saja mengantarkan Juventus memenangkan lima scudetto secara berturut-turut, tapi kembali gagal di Liga Champions. Saat itu Allegri memberi jalan kepada Maurizio Sarri, yang baru pulang dari Inggris usai dipecat Chelsea.

Sarri memang berhasil mempertahankan gelar Serie-A, tapi ia terlanjur tidak disukai fans dan petinggi klub. Manajemen Juventus kemudian berjudi menggantikan Sarri dengan mantan pemain, Andrea Pirlo yang nihil pengalaman melatih. Hasilnya, Bianconeri finish di urutan empat liga musim 2020-21. Itupun untung-untung lolos ke Liga Champions, karena ditempat lain Napoli mendapat hasil seri di pekan terakhir.

Pekerjaan Allegri kali ini memang lumayan berat membereskan PR yang ditinggalkan Pirlo. Periode keduanya melatih Juventus ini mungkin takkan semudah periode pertama. Terlihat di dua laga awal Serie-A musim ini, timnya mengalami kesulitan dengan hanya meraih satu poin (2-2 versus Udinese, dan kalah 0-1 dari tim promosi Empoli). Terlebih lagi mereka kehilangan superstar Cristiano Ronaldo yang pulang ke MU. Padahal tiga musim terakhir  CR7 jadi sumber gol terbanyak klub.

Musim memang masih panjang. Adalah tugas Allegri membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih paling sukses di Serie-A saat ini yang mengoleksi enam scudetto (1 bersama AC Milan, dan 5 bersama Juventus).

#Simone Inzaghi

Mungkin banyak yang menyayangkan kepergian Antonio Conte setelah sukses mempersembahkan gelar Serie-A kepada Inter Milan musim kemarin. Mungkin banyak juga yang pesimis meragukan kualitas penggantinya, Simone Inzaghi. Padahal selama ini Inzaghi merupakan salah satu pelatih muda potensial yang membawa Lazio stabil di papan atas. Ya, Italia tak kekurangan stok pelatih hebat di Eropa.

Inzaghi memang telah memenangi Piala Italia dan Piala Super Italia. Tapi ia perlu gelar prestius seperti Serie-A dan Liga Champions untuk membuktikan kehebatannya sebagai manajer tim. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan melatih klub besar. Jadi tak salah, adik Filippo Inzaghi itu memilih Inter untuk lonjakan karirnya.

Memang sebuah beban mengarsiteki klub yang notabene juara bertahan. Namun untuk sementara, Inzaghi berhasil membungkam para peragu dengan membawa Nerazurri menyapu bersih dua laga awal Serie-A musim ini (4-0 atas Genoa, 3-1 atas Hellas Verona).

#Maurizio Sarri

Sesungguhnya Presiden Lazio, Claudio Lotito masih ingin mempertahankan Simone Inzaghi sebagai pelatih. Namun di detik-detik terakhir, Inzaghi memilih tantangan baru dengan menerima tawaran dari Inter. Lotito pun menunjuk pelatih kawakan, Maurizio Sarri sebagai arsitek anyar.

Nama Sarri tentu tak asing lagi di Serie-A. Ia angkat nama saat membesut Napoli yang dibawanya kembali menjadi tim yang ditakuti di Italia seperti era Diego Maradonna. Namun tiga musim disana (2015-2018), tak ada gelar yang ia persembahkan kepada Il Partenopei.

Sarri baru mendapatkan gelar prestius saat hijrah ke Inggris usai dipinang Chelsea pada musim 2018-19, dengan langsung merengkuh trofi Liga Europa UEFA ditahun perdana. Tapi hanya semusim petualangan Sarri di klub asal Kota London itu yang dibawanya finish diposisi tiga Premier League. Pria yang hobi menghisap cerutu tersebut pulang kampung dengan menerima tawaran Juventus.

Mewarisi skuad jawara Massimiliano Allegri, Sarri memang masih berhasil mempertahankan gelar scudetto 2019-20, walau dengan penampilan tak dominan dan banyak kebobolan.  Namun itu tak cukup memuaskan manajemen Juventus yang begitu terobsesi dengan trofi Liga Champions. Tersingkir dibabak 16 besar kompetisi teratas Eropa itu, membuat Sarri dipecat. Apalagi sedari awal, fans Nyonya Tua terlanjur tidak menyukai Sarri dan sempat melakukan penolakan atas penunjukannya sebagai pelatih.

Istirahat setahun, Sarri kembali comeback dengan menangani Lazio. Tentunya ia ingin membuktikan bahwa manajemen Juventus salah telah memecatnya dulu, bahkan cenderung konyol karena penggantinya justru Andrea Pirlo yang notabene masih anak bawang di dunia manajerial. Sarri masih salah satu pelatih terbaik Italia saat ini.

Lazio memang bukan klub raksasa. Tapi tanpa tekanan besar seperti halnya di Napoli dulu, mungkin siapa tahu justru membuat Sarri "meledak" dengan filosopi "Sarri ball" yang menyerang itu. Di dua laga awal Serie-A musim ini, Lazio menjalani start sempurna dengan raihan dua kemenangan  (3-1 atas Empoli, 6-1 atas Spezia).

#Luciano Spaletti

Usai dipecat Inter Milan pada akhir musim 2018-19, Luciano Spaletti menganggur selama dua tahun dan makan gaji buta dari pemutusan kontraknya. Kini pria plontos itu kembali ke kancah Serie-A dengan melatih Napoli, menggantikan Gennaro Gattuso yang gagal mengantarkan timnya lolos ke Liga Champions.

Nama Spaletti bukan sembarangan. Ia termasuk salah satu pelatih senior yang kaya pengalaman di Serie-A. Dulu nama Spaletti begitu lekat dengan AS Roma. Sempat merantau ke Rusia, ia sukses besar bersama Zenit dengan 4 gelar lokal.

Tapi anehnya, gelar Serie-A di negeri sendiri tak kunjung Spaletti dapatkan. Ia melewatkan kesempatan besar meraih scudetto bersama Roma dan Inter. Hanya gelar Coppa Italia dan Piala Super Italia termuat dalam catatan karirnya.

Tentunya Spaletti penasaran. Entah bersama Napoli kali ini mampu mewujudkan ambisinya. Karena sejauh ini Napoli masih di trek juara dengan sukses melahap dua laga awal Serie-A (2-0 atas Venezia, 2-1 atas Genoa).

#Stefano Pioli

Entah apa yang ada dibenak seorang Stefano Pioli pada musim 2020-21 kemarin. Ia terpaksa menyaksikan tim AC Milan asuhannya disalip rival sekota, Inter Milan yang meraih gelar Serie-A. Padahal Rossoneri sempat menjadi pemuncak klasemen pada paruh pertama musim, dan digadang-gadang pasti meraih scudetto. Apa daya mereka kehabisan bensin di paruh kedua musim, dan mesti merelakan gelar yang sudah didepan mata melayang ke sisi Kota Mode lain yang berwarna biru hitam.

Pioli memang sudah lama terjun ke dunia manajerial sejak tahun 1999. Tapi entah kenapa, sampai saat ini ia belum dianggap golongan pelatih elite Italia. Padahal sebelum Milan, pria plontos itu pernah melatih Fiorentina, Inter, dan Lazio. Mungkin hal itu disebabkan Pioli belum pernah meraih gelar bergengsi bersama tim manapun.

Musim ini siapa tahu jadi kesempatan besar terakhir Pioli mengukir prestasi. Karena tak mungkin manajemen terus-terusan bersabar mengingat status Milan sebagai raksasa Italia yang punya sejarah hebat di Eropa. Dulu saja Pioli pernah digosipkan akan digantikan Ralf Rangnick asal Jerman. Beruntung performa Rossoneri membaik berkat kedatangan Zlatan Ibrahimovic pada Januari 2020.

Awal musim 2021-22 ini Milan mesti kehilangan dua pemain inti secara gratis. Posisi Hakan Calhanoglu yang membelot ke Inter mungkin banyak penggantinya. Namun kepergian kiper utama Gianluigi Donnaruma yang hengkang ke PSG akan banyak terasa. Terlalu bergantung pada Ibrahimovic yang sudah veteran juga terasa riskan.

Well, sejauh ini memang belum terbukti. Tim asuhan Pioli masih di jalur scudetto dengan meraup dua kemenangan laga awal Serie-A (1-0 atas Sampdoria, 4-1 atas Cagliari).

#Gian Piero Gasperini

Pelatih jenius adalah pelatih yang berhasil mengubah tim yang bermaterikan pemain-pemain yang biasa saja menjadi tim yang luar biasa. Mungkin Gian Piero Gasperini salah satunya. Sejak ditangani Gasperini tahun 2016, Atalanta berubah dari klub papan tengah Serie-A menjadi klub yang ditakuti dengan pakem menyerang 3-4-3. Tiga musim terakhir, mereka stabil menduduki posisi tiga besar dan lolos ke Liga Champions.

Gasperini juga bagaikan "Sir Alex Ferguson"-nya Atalanta yang tak ragu-ragu menendang pemain yang mengganggu ototiritasnya. Kapten Papu Gomez yang bertikai dengan dirinya pada Desember 2020, langsung ditepikan dan dijual ke Sevilla pada Januari 2021.

Namun apalah artinya pelatih jago jika belum mempersembahkan gelar apapun bagi klub yang ditukanginya. Begitupun Gasperini yang dulu pernah gagal di Inter Milan. Atau jangan-jangan pria ubanan itu sudah berada di "zona nyaman" bersama Atalanta tanpa harus ditargetkan meraih prestasi. Syukur-syukur dapat. Sama halnya klub Bergamo itu yang mungkin sudah puas stabil di papan atas Serie-A dan main di Liga Champions; memproduksi pemain unggul kemudian menjualnya ke klub top Eropa dengan harga mahal. Entahlah.

Tapi di dua laga awal Serie-A musim ini, Atalanta masih jadi penantang serius scudetto (2-1 atas Torino, 0-0 dengan Bologna).

Kita lihat diakhir musim nanti, siapa pelatih yang sukses membuktikan dirinya sebagai yang terbaik di Serie-A. Jangan lupa ngopi.

(Bangka, 10 September 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun