Mohon tunggu...
sastradari desalipulalongo
sastradari desalipulalongo Mohon Tunggu... -

Sastradaridesalipulalongo adalah kumpulan karya-karya anak desa Lipulalango-Labobo-Banggai Kepulauan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pekat Hujan dari Desa Lipulalalongo

26 Januari 2011   12:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:10 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296045104438134782

Peresensi : Faika Burhan (Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta)

Judul: Pesan Cinta dari Hujan (sebuah novel) Penulis: Erni Aladjai Penerbit :InsistPress Jogjakarta Penyunting: Faiz Ahsoul ISBN: 978-602-8384-41-9 Edisi: I, Oktober 2010 Detail: 13x19, vi+272hlm Harga: 50.000,-

ERNI ALADJAI Akhirnyamemunculkan diri sebagai penulisnovel di dunia sastra Indonesia.Kehadirannya sebagai penulis perempuan telah menawarkan warna baru untuk tak sekedar membaca karyanya tetapi memahami cerminan realitas dalam keseharian kita. Berangkat dari keperempuanannya, tampaknya Erni berusaha bercerita banyak tentang sisi inferior yang telah mapan dan dimapankan zaman terhadap perempuan. Erni berusaha menarik dan mengajak pembaca untuk membaca sebagai perempuan.

Dalam novelnya yang berjudul Pesan Cinta dari Hujan, Erni mengenalkan pembaca dengan tokoh utama bernama Hujan. Nyaris setiap hari, Hujan kecil menghabiskan waktunya dengan membaca buku cerita anak-anak. Jika lelah, ia akan terduduk di sisi jendela sambil bertopang dagu menunggu datangnya malam. Buku dan Jendela adalah tempat pelariannya dari segala rasa. Gadis kecil tersebut digambarkan sebagai gadis kesepian yang terkurung oleh kesendiriannya di sebuah tempat bernama Pulau Lipulalongo. Pulau terpencil yang terletak di Banggai Kepulauan ini oleh Erni dijadikan sebagai panggung utama tempat para pemain mempertontonkan adegan-adegannya.

Pulau Lipulalongo adalah salah satu pulau dari 121 pulau terpencil di Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah. Di pulau kecil tersebut, kehidupan warga kebanyakan tergantung pada hasil laut. Jika malam tiba, para lelaki berangkat ke tengah laut berburu ikan. Sementara di pagi hari, perempuan menjinjing keranjang bambu menelusuri bibir pantai untuk memunguti keong-keong dan kerang yang tergusur ombak.

Jika ditelaah, titik star petualangan hidup Hujan disebabkan oleh kekerasan yang telah dialaminya sejak kecil.Tokoh Hasar yang kasar nampaknya tak menjadi ayah yang diimpikannya. Ibarat tontonan film berseri, hampir setiap hari Hujan menyaksikan adegan kekerasan ayahnya terhadap perempuan yang telah melahirkannya.

Hujan kecil menyaksikan itu semua dari balik tirai kain kamarnya. Ia tak boleh menangis, jika tak ingin ayahnya akan memukulinya pula. Jendela adalah satu-satunya tempat pelarian dari pemandangan pertengkaran ayah dan ibunya. (Erni Aladjai, 2010: 7)

Dalam novel setebal 266 halaman ini, nampaknya Erni berusaha menggugat perkawinan sebagai lembaga yang terkesan telah melegalkan perbudakan terhadap kaum perempuan. Budaya patriarki hadir dan mematikan potensi perempuan. Tokoh Mia sebagai ibu kandung Hujan tampak sebagai perempuan tanpa arti yang kerap tertekan dengan keberadaan suaminya. Lantaran frustasi dengan perlakuan suaminya, Mia juga terkadang bertindak kasar terhadap putrinya, Hujan.

…Hujan merasa semuanya itu (penderitaan) berawal dari satu hal, yaitu kekerasan yang dilakukan oleh dunia orang lelaki. Lelaki pertama adalah Hasar, ayahnya sendiri. Lelaki kedua adalah Abudanti, adik iparnya sendiri.

…Memikirkan itu semua, Hujan merasa sesak hati dan sedih. Kemudian rasa sedih itu berubah menjadi rasa benci terhadap lelaki. Bagi Hujan, lelaki adalah kaum yang suka membuat masalah. (Erni Aladjai, 2010: 252)

Jika fenomena komersialisasi seksualitas perempuan sering dijumpai dalam karya sastra lainnya khususnya pada sastra Barat, agak berbeda dengan suguhan novel ini. Slide-slide yang kerap dimunculkan penulis adalah posisi perempuan yang tersubordinasi yang didudukkan sebagai the second sex yang tak memiliki otonomi.Tokoh-tokoh perempuan yang dihadirkan adalah mereka yang tergusur lantaran dominasi dan kekuasaan kaum laki-laki.

Selain aspek bias gender, novel ini juga menyuguhkan sisi kemanusiaan dan torehan cinta yang berbeda. Hasna, sahabat Hujan dihadirkan menjadi teman berbagi sekaligus tempat pelarian dari kejenuhan Hujan menjalani kehidupan yang serba kasar. Ketika Hasna diasingkan ke pulau terpencil lantaran terserang Mycobacterium Leprae atau kusta, hanya Hujan satu-satunya orang yang berjuang membela dan menemaninya menghabiskan waktu hingga titik akhir kehidupan mereka berdua.

Kisah Hujan nampaknya juga ingin menitipkan pesan kemanusiaan untuk menolak kekerasan. Ia berusaha menyebar cinta di tengah pekatnya dendam dan rasa benci terhadap lelaki yang telah mengurung keceriaannya selama bertahun-tahun. Lantaran jejalan kebencian tersebut, ia dan Hasna terjebak rasa yang berbeda dengan kebanyakan cara perempuan mencintai.

Jika dilihat dari kritik sastra feminis, dengan membaca sebagai perempuan, karya ini dapat menguji konsistensi seorang penulis perempuan untuk melakukan pembelaan perempuan dalam dunia kesusastraan. Mungkin ada sedikit kelegaan dengan munculnya beberapa karya sastra modern yang berusaha melakukan pembelaan terhadap posisi perempuan yang kerap dinomorduakan. Hanya saja, menurut Faruk –seorang kritikus sastra, setiap penulis nampaknya mesti berhati-hati sebab sebuah karya yang berusaha menampilkan perempuan sebagai tokoh utama terkadang menciptakan jebakan tersendiri untuk kembali terkurung dalam struktur gender yang ada, yang telah memunculkan perempuan sebagai korban yang tidak dapat membela diri. Sehingga yang muncul justru struktur gender yang timpang di balik sebuah usaha pembelaan.

Namun terlepas dari pandangan tersebut, setidaknya novel ini merupakan refleksi dan mirror terhadap kondisi dan fenomena kebanyakan perempuan. Ya, Erni Aladjai hadir dan menyuguhkan jiwa jaman yang telah melahirkannya.

Yogyakarta, 27 November 2010

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun