Mohon tunggu...
Sari Oktafiana
Sari Oktafiana Mohon Tunggu... Guru - A mother of five kids who loves learning

Living in the earth with reason, vision, and missions...but I can't make everybody happy.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Grave of The Fireflies", dan Matinya Solidaritas Sosial

7 April 2020   14:44 Diperbarui: 7 April 2020   14:56 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedih dan sesak itu yang saya rasakan ketika menonton anime dari Studio Gibli yaitu Grave of the Firelies. Film ini dirilis pada tahun 1988, sebuah kisah dengan latar belakang akhir perang dunia II pada tahun 1945. 

Saat itu Kobe, menjadi salah satu kota yang dibombardir oleh Tentara Sekutu untuk menghancurkan pertahanan Jepang. Kisah tentang dua anak yatim piatu yang harus bertahan ditengah berkecamuknya perang yang mematikan bagi rakyat sipil. 

Singkat cerita tentang film tersebut dimulai dengan alur maju tentang dua orang kakak beradik Seita dan Setsuko. Awal cerita yang dimulai dari Seita, yang sekarat di stasiun kereta dengan memegang kaleng bekas permen yang berisikan abu adiknya, Setsuko. Seita akhirnya tewas mengikuti nasib tragis adiknya karena kelaparan dan malnutrisi. 

Lalu cerita berlanjut, dengan alur mundur kehidupan mereka ketika Tentara Sekutu menyerang Kota Kobe, ibu mereka menyuruh agar mereka segera mengungsi ke penampungan. Lalu, mereka akhirnya harus menghadapi kenyataan bahwa ibunya tewas sebagai korban perang dan rumah mereka porak-poranda. 

Akhirnya, mereka tinggal di saudara mereka tetapi karena kehidupan semakin sulit, saudaranya keberatan menampung Seita dan Setsuko. Dua kakak beradik itu akhirnya harus menggelandang dan kesulitan untuk mendapatkan makanan yang layak. Ayah mereka yang menjadi tentara angkatan laut pun juga tewas dalam peperangan, komplit sudah derita mereka. 

Untuk bertahan hidup mereka tinggal di sebuah tempat dipinggir sungai dan menggunakan kunang-kunang sebagai penerang tempat mereka. Hingga akhirnya pun mereka tiada dengan diiringi kunang-kunang yang mengantarkan kematian mereka.

soksinopsis.blogspot.com
soksinopsis.blogspot.com
Sebagai salah satu anime produksi Studio Gibli, walaupun tidak digawangi oleh Hayao Miyazaki, film ini tetap sarat dengan kritik dan pesan. Dalam situasi chaos dimana kelaparan, langkanya makanan dan krisis kesehatan,  manusia terlihat keasliannya, apakah mereka tetap berperikemanusiaan atau sibuk dengan egonya memikirkan dirinya sendiri. 

Perang memang ekspresi dari kepongahan manusia untuk menunjukkan betapa berkuasa dan hebatnya mereka demi suatu yang disebut martabat dibungkus oleh nasionalisme, kelompok sosial, ataupun agama. 

Demi menunjukkan kekuatan dan memenangkan pertempuran, harga dari perang tidak dipedulikan, nyawa manusia mungkin dianggap sebagai angka statistik belaka. Disaat itulah hilanglah kemanusiaan kita, penderitaan dianggap sebagai kewajaran. 

Setidaknya hal ini yang digambarkan oleh Grave of the Fireflies, sebuah anime yang sangat indah dengan cerita tragis yang menyesakkan. Seandainya manusia tetap menjaga solidaritas setidaknya resiko semakin bertambahnya kematian dapat berkurang. 

Mengkaitkan film ini dengan situasi sekarang dimana pandemik global terjadi, krisis ekonomi sudah membayang di depan mata, masa depan terihat tidak pasti.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun